Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Jika Iuran BPJS Kesehatan Tak Naik, Pelayanan Harus Turun

Kompas.com - 10/10/2019, 07:00 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Rencana menaikkan iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan per awal tahun 2020 menuai banyak pro dan kontra.

Sebagian orang menilai besaran kenaikan yang digodok oleh pemerintah terlalu tinggi sehingga membebani masyarakat.

Namun sebagian orang yang lain menyebut cara ini menjadi satu-satunya jalan yang bisa ditempuh untuk mengurangi defisit anggaran BPJS Kesehatan.

Begitu juga yang disampaikan oleh Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio. Ia menganggap keputusan menaikan iuran BPJS Kesehatan memang harus diambil untuk sekarang ini.

Jika tidak, maka kelanjutan asuransi kesehatan itu sulit untuk berjalan dengan semestinya.

Baca juga: Wapres Kalla: Beli Pulsa dan Rokok Banyak, tetapi BPJS Naik Mengeluh

“Sekarang kalau itu defisit, terus gimana? Kan harus sama-sama menaikkan iuran, sama-sama pemerintah menambah APBN,” kata Agus saat dihubungi Kompas.com, Rabu (9/10/2019) petang.

Kenaikan ini ia sebut tidak akan membebani masyarakat, baik pengguna kelas I, II, aataupun III.

“Yang tidak bekerja atau miskin dia pakai PBI (Penerima Bantuan Iuran). Yang dia bekerja, pemberi kerjanya membayar, sisanya kita 2 persen. Kalau missal dinaikkan, dia kan yang di kelas III mereka tidak naik, (tetap) Rp 25.500,” sebutnya.

Jika memang kenaikan ini tidak ingin diambil, maka harus ada langkah konkrit lain yang harus diambil. Misalnya menurunkan kualitas dan cakupan pelayanan.

“Pilihan kedua, tidak naik tapi pelayanannya dikurangi, misalnya penyakit tertentu saja. Ketika itu ya harus bayar,” ucap Agus.

Usulan lain yang juga disampaikan oleh Agus adalah perbedaan besaran iuran bagi masyarakat perokok. Hal ini karena besarnya biaya kesehatan yang ia butuhkan jika sakit nanti.

“Kalau saya sarankan, untuk perokok itu harus bayarnya lebih, karena sakitnya akan lebih mahal, jangan dibebankan pada kita semua, tidak hanya negara,” aku dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

13 Wilayah Indonesia yang Memasuki Awal Musim Kemarau pada Juni 2024

13 Wilayah Indonesia yang Memasuki Awal Musim Kemarau pada Juni 2024

Tren
7 Sarapan Sehat untuk Penderita Asam Lambung, Tidak Bikin Perut Perih

7 Sarapan Sehat untuk Penderita Asam Lambung, Tidak Bikin Perut Perih

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 29-30 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 29-30 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Gaji Buruh Dipotong Tapera, Mulai Kapan? | Profil Rwanda, Negara Terbersih di Dunia

[POPULER TREN] Gaji Buruh Dipotong Tapera, Mulai Kapan? | Profil Rwanda, Negara Terbersih di Dunia

Tren
Jaga Kesehatan, Jemaah Haji Diimbau Umrah Wajib Pukul 22.00 atau 09.00

Jaga Kesehatan, Jemaah Haji Diimbau Umrah Wajib Pukul 22.00 atau 09.00

Tren
Sisa Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2024, Ada Berapa Tanggal Merah?

Sisa Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2024, Ada Berapa Tanggal Merah?

Tren
4 Tanda yang Menunjukkan Orangtua Psikopat, Apa Saja?

4 Tanda yang Menunjukkan Orangtua Psikopat, Apa Saja?

Tren
SIM Diganti NIK Mulai 2025, Kapan Masyarakat Harus Ganti Baru?

SIM Diganti NIK Mulai 2025, Kapan Masyarakat Harus Ganti Baru?

Tren
Dirjen Dikti: Rektor Harus Ajukan UKT 2024 dan IPI Tanpa Kenaikan

Dirjen Dikti: Rektor Harus Ajukan UKT 2024 dan IPI Tanpa Kenaikan

Tren
Warganet Sebut Pemakaian Kain Gurita Bayi Bisa Cegah Hernia, Benarkah?

Warganet Sebut Pemakaian Kain Gurita Bayi Bisa Cegah Hernia, Benarkah?

Tren
Saat Jokowi Sebut UKT Akan Naik Tahun Depan, tapi Prabowo Ingin Biaya Kuliah Turun

Saat Jokowi Sebut UKT Akan Naik Tahun Depan, tapi Prabowo Ingin Biaya Kuliah Turun

Tren
Bolehkah Polisi Hapus 2 Nama DPO Pembunuhan Vina yang Sudah Diputus Pengadilan?

Bolehkah Polisi Hapus 2 Nama DPO Pembunuhan Vina yang Sudah Diputus Pengadilan?

Tren
Kisah Nenek di Jepang, Beri Makan Gratis Ratusan Anak Selama Lebih dari 40 Tahun

Kisah Nenek di Jepang, Beri Makan Gratis Ratusan Anak Selama Lebih dari 40 Tahun

Tren
Ramai soal Uang Rupiah Diberi Tetesan Air untuk Menguji Keasliannya, Ini Kata BI

Ramai soal Uang Rupiah Diberi Tetesan Air untuk Menguji Keasliannya, Ini Kata BI

Tren
Benarkah Pegawai Kontrak yang Resign Dapat Uang Kompensasi?

Benarkah Pegawai Kontrak yang Resign Dapat Uang Kompensasi?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com