Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Praktik Propaganda di Era Digital, seperti Apa?

Kompas.com - 05/10/2019, 18:05 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi


KOMPAS.comPropaganda atau memengaruhi cara pandang orang lain agar sesuai dengan keinginan suatu pihak merupakan salah satu jenis komunikasi yang sudah dijalankan sejak dulu.

Akan tetapi, memainkan propaganda di era digital seperti sekarang ini tentu praktiknya berbeda.

Meskipun, tujuannya tetap sama, memengaruhi persepsi publik terhadap suatu isu.

Penelitian Oxford Internet Institute berjudul “The Global Disinformation Order” mengungkapkan beberapa hal yang berbeda dari praktik propaganda di era digital.

Perbedaan itu terlihat dari sisi strategi, peralatan, dan teknik yang digunakan.

Misalnya, dengan memperhitungkan algoritma komputer, automasi, dan data besar yang disediakan oleh sistem.

Baca juga: Peneliti Oxford Ungkap Propaganda Digital di Media Sosial Libatkan Banyak Pihak

Unsur-unsur itu penting diperhitungkan karena skala massa yang besar harus dijangkau dalam waktu sesingkat mungkin.

Salah satu medium yang paling efektif untuk dijadikan alat propaganda di era digital sekarang adalah media sosial.

Jenis akun

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Samantha Bradshaw dan Philip N. Howard ini, ada beberapa jenis akun media sosial yang kerap digunakan oleh pasukan siber pemerintah atau partai politik dalam menggaungkan propaganda.

Jenis-jenis akun tersebut antara lain:

  • Akun asli milik orang tertentu
  • Akun robot (bot)
  • Akun cyborg
  • Akun curian

Dari sejumlah negara yang diteliti, paling banyak akun media sosial yang digunakan untuk kepentingan propaganda adalah akun milik perorangan yakni sebanyak 87 persen.

Selanjutnya, akun bot dengan 80 persen penggunaan.

Baca juga: Menurut Peneliti Oxford, Buzzer di China Berjumlah hingga 2.000.000 Orang

Target propaganda

Ada beberapa tujuan yang menjadi misi dari sebuah upaya propaganda.

Dari penelitian yang sama, setidaknya ada 3 jenis misi propaganda yaitu

  • Membuat khalayak menjadi pro terhadap pemerintah atau partai politik
  • Menjatuhkan lawan politik atau oposisi
  • Memecah belah masyarakat untuk menimbulkan kekacauan.

Di antara ketiganya, misi menjatuhkan lawan politik merupakan tujuan yang paling banyak digunakan dalam upaya propaganda pesan, yakni sebanyak 89 persen.

Strategi komunikasi

Untuk membuat tujuannya tercapai, pihak yang melakukan propaganda harus mengaplikasikan jenis komunikasi tertentu yang dinilai paling sesuai dan efektif.

Beberapa gaya komunikasi untuk membentuk opini orang lain misalnya menyampaikan informasi yang tidak sepenuhnya tepat sehingga orang akan salah memahaminya.

Baca juga: Mengenal Buzzer, Influencer, Dampak dan Fenomenanya di Indonesia

Jenis kedua, memberi hadiah tertentu untuk target. Target misalnya adalah lawan politik, oposisi, atau jurnalis.

Cara komunikasi yang ketiga adalah dengan menggelontorkan konten pesan menggunakan tagar di media sosial.

Bisa juga propaganda dilakukan dengan cara penyampaian suatu isu secara massal. Lebih parah, propaganda bahkan mungkin dilakukan dengan cara kekerasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

Tren
Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Tren
Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Tren
Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Tren
Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com