Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Air di Laut Mati Lebih Asin daripada Air Lautan Lepas?

KOMPAS.com - Laut Mati adalah sebuah danau garam yang lokasinya berada di antara wilayah Palestina dan Yordania.

Laut Mati memiliki kedalaman kurang lebih mencapai 300 meter, dan merupakan wilayah perairan terendah di permukaan bumi.

Di permukaannya, Laut Mati berada sekitar 430 meter di bawah permukaan laut, dan pada titik terdalamnya berada sekitar 730 meter di bawah permukaan laut.

Danau air asin ini juga dikenal dengan nama “Salt Sea (laut garam)”, karena kandungan garamnya yang sangat tinggi.

Sumber asin air laut

Pada dasarnya, air di lautan lepas atau samudra terasa asin karena memiliki kandungan garam, yang berasal dari dua cara.

Dilansir dari laman Badan Survei Geologi Amerika Serikat USGS, pertama garam di laut umumya disebabkan oleh hujan yang mencuci ion mineral dari daratan menuju laut.

Hujan mengandung beberapa karbon dioksida terlarut yang berasal dari dari udara sekitarnya. Itu mengikis batuan lalu membawa garam dan mineral dalam keadaan terlarut sebagai ion.

Ion tersebut dibawa aliran sungai ke laut. Dan diketahui dua ion utama dalam air laut adalah klorida dan natrium, yang terakumulasi di laut sebagai garam.

Sumber garam lain di lautan adalah cairan hidrotermal, dari cairan hidrotermal, yang berasal dari ventilasi di dasar laut.

Beberapa garam laut berasal dari letusan gunung berapi bawah air, yang secara langsung melepaskan mineral ke laut.

Salt dome atau kubah garam juga berkontribusi terhadap rasa asin air laut. Kubah tersebut adalah endapan garam yang sangat besar yang terbentuk dalam rentang waktu geologis.

Sama seperti sumber garam di lautan, garam di laut mati berasal dari bebatuan di darat yang dilarutkan oleh air hujan dan menghasilkan ion, terutama klorida dan natrium.

Dikutip dari laman Live Science, diperkirakan air di Laut Mati bisa lima hingga sembilan kali lebih asin daripada air laut, dengan tingkat salinitas salinitas kurang lebih 33-35 persen.

Salinitas meningkat di perairan laut yang lebih dalam, dan pada kedalaman di bawah 100 meter, air menjadi sangat pekat dengan garam sehingga garam menumpuk di dasarnya.

Salah satu sumber air tawar yang mengalir ke Laut Mati adalah sungai Yordan. Namun, ketika air tawar sampai ke Laut Mati, ia tidak punya tempat lain untuk mengalir.

Di dataran rendah gurun yang gersang, air yang terkumpul di Laut Mati menguap lebih cepat dibandingkan air di lautan terbuka, sehingga meninggalkan jumlah garam yang lebih besar.

Laut Mati terkurung daratan dan tidak ada aliran keluar, yang berarti garam yang terperangkap tidak dapat keluar.

Konsentrasi garam semakin meningkat di dasar danau menciptakan dua massa air yang berbeda di dalam danau dalam jangka waktu yang lama.

Dilansir dari laman Encyclopedia Britannica, Situasi seperti ini berlangsung selama sekitar tiga abad, dan berlangsung hingga akhir tahun 1970-an.

Hingga kedalaman sekitar 40 meter, suhu bervariasi dari 19 hingga 37 derajat celsius. Salinitasnya kurang dari 300 bagian per seribu, dan airnya sangat kaya akan sulfat dan bikarbonat.

Di bawah zona transisi di kedalaman antara 40 dan 100 meter, airnya memiliki suhu 22 derajat celsius, dan tingkat salinitasnya lebih tinggi sekitar 332 bagian per seribu.

Di wilayah ini mengandung hidrogen sulfida dan konsentrasi magnesium, kalium, klorin, dan bromin yang kuat.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/12/06/191500465/mengapa-air-di-laut-mati-lebih-asin-daripada-air-lautan-lepas-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke