Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Setelah FOMO, Kini Muncul Fenomena FOPO, Apa Itu?

KOMPAS.com - Belakangan, kata FOPO mulai ramai digunakan di media sosial. Istilah itu muncul menyusul FOMO atau fear of missing out yang sudah lebih dulu ramai digunakan warganet.

Dikutip dari laman UGM, istilah FOPO dikaitkan dengan kondisi psikologis seseorang.

Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM), T. Novi Poespita Candra mengatakan, fenomena FOPO menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan.

“Ditambah dengan penggunaan media sosial menjadi salah satu pemicu orang-orang mengalami FOPO. Melalui media sosial ini pendapat orang semakin terbuka, imagenya terbuka, meskipun ada beberapa orang yang memang selalu khawatir dengan pendapat orang sejak dulu,” terang dia.

Lantas, apa itu FOPO?

Arti kata FOPO

FOPO adalah singkatan dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu Fear of Other People's Opinion atau ketakutan terhadap pendapat orang lain.

Dalam buku berjudul The First Rule of Mastery, Gervais menjelaskan, FOPO adalah kekhawatiran seseorang terhadap apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. Fenomena ini sangat umum terjadi.

Namun, ketakutan tersebut bisa menjadi obsesi yang tidak rasional, tidak produktif, dan tidak sehat. Gervais menilai, FOPO dapat menjadi penghambat terbesar bagi potensi diri seseorang.

"Efek negatifnya menjangkau semua aspek kehidupan kita," kata dia, dikutip dari Katie Couric.

FOPO ditandai dengan kesiapan sosial dalam kondisi sangat waspada. Hal itu ditunjukkan dengan kepekaan yang tinggi terhadap sinyal-sinyal penolakan.

Mereka yang mengalami FOPO bukan menghindari opini negatif dari seseorang terhadap dirinya. Melainkan adanya rasa takut pada opini tersebut.

Penyebab FOPO

Psikolog UGM, T. Novi Poespita Candra menyampaikan, FOPO bisa muncul dari pembentukan budaya feodalisme dan pendidikan.

“Budaya feodal misalnya senior mengatur persepsi publik ini. Lalu, soal konfromitas, dari kecil anak-anak diajari punya pemikiran selalu sama, jika berbeda sedikit saja akan dibilang aneh karena sudah dibiasakan dengan keseragaman,” kata dia.

Di sisi lain, sistem pendidikan di Indonesia yang berupaya menyeragamkan semua individu juga bisa memicu timbulnya FOPO.

Pasalnya, mereka akan cenderung lebih mementingkan pendapat orang lain tentang dirinya dibandingkan pendapat mereka sendiri.

Media sosial juga berperan dalam munculnya fenomena FOPO. Melalui media sosial yang membentuk image pengguna, seseorang dengan mudah dapat membandingkan diri mereka dengan orang lain.

Umumnya, FOPO terjadi ketika seseorang belum memiliki kesadaran terhadap identitas dirinya.

"Akhirnya membandingkan dirinya, sudah usia 30 tahun tetapi belum ada bisnis sendiri dan akhirnya mulai insecure karena hidup tidak sesuai harapan kebanyakan orang," tutur Novi.

Novi menambahkan, rata-rata orang Indonesia yang mengalami FOPO akan merasa takut jika dinilai jelek, salah, dan gagal.

Cara mengatasi FOPO

Psikolog dan penulis buku The First Rule of Mastery: Stop Worrying about What People Think of You Michael Gervais membagikan tips untuk mengatasi FOPO.

Menurutnya, mengatasi FOPO perlu dilakukan untuk bertahan hidup. Berikut caranya:

1. Dengarkan mereka yang mengenal Anda

Memilah pendapat atau opini orang lain tentang diri Anda bisa dilakukan untuk mengatasi FOPO.

Gervais menyarankan agar seseorang hanya mempedulikan pendapat dari dua kelompok, yaitu:

  • Mereka yang benar-benar mengenal dan peduli kepada Anda
  • Mereka yang menemani Anda di masa sulit.

"Jika Anda ingin memperhatikan pendapat orang lain, pendapat yang penting bagi Anda adalah mereka yang telah membuat komitmen mendasar untuk peduli kepada Anda," tuturnya, dilansir dari Fast Company.

Pendapat siapa pun di luar kelompok tersebut tidak perlu dianggap terlalu penting.

2. Latihan pernapasan

Saat merasa FOPO, Anda bisa mengganti pikiran tersebut dengan latihan pernapasan dan self-talk, misalnya dengan membuang napas panjang.

Di saat yang sama, Gervais menyarankan agar Anda mengatakan narasi berikut kepada diri sendiri:

"Saya ingin menonjolkan diri saya yang jujur. Saya tidak akan terikat pada apa yang mungkin mereka pikirkan tentang saya," kata narasi itu.

3. Bercengkrama dengan mereka yang bijaksana

Berbicara dengan mereka yang dianggap lebih bijaksana juga bisa mencegah munculnya FOPO.

Gervais mengatakan, mereka yang dianggap bijaksana adalah orang-orang yang memiliki pemahaman mendalam tentang cara kerja sesuatu.

"Bisa jadi psikolog, pelatih, atau keluarga yang lebih tua," tuturnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/11/13/203000065/setelah-fomo-kini-muncul-fenomena-fopo-apa-itu-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke