KOMPAS.com - Warganet ramai mengunggah video Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Laksamana Yudo Margono saat memerintahkan prajuritnya untuk menghadapi aksi demo masyarakat Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau.
Salah satu pengunggahnya adalah akun @Bee*****, Jumat (15/9/2023).
"Woiii..Pak @Puspen_TNI Bukankah tugas Anda melindungi rakyat..kenapa malah ngajak war? Beneran nanya," tulisnya.
Dalam video berdurasi dua menit itu, Panglima TNI memerintahkan prajuritnya untuk memiting pendemo.
"Umpama masyarakatnya 1.000 ya kita keluarkan (prajurit TNI) 1.000. Satu miting satu itu kan selesai. Enggak usah pakai alat, dipiting saja satu-satu," ujarnya dalam Pengarahan Netralitas Pemilu dan Bimbingan Teknik Tindak Pidana Pemilu 2023 yang disiarkan langsung oleh Mabes TNI, Selasa (12/9).
Berdasarkan penelusuran Kompas.com, video itu kini sudah diprivasi dan tidak ditemukan di halaman pencarian Youtube.
Hingga Senin (18/9/2023) siang, tanda pagar kata "Piting" menjadi trending topik kedua dalam pencarian media sosial X dengan 16.300 tayangan.
Lantas, apa arti piting?
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Harimansyah menjelaskan bahwa kata piting dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki tiga makna yang berbeda.
"Ada piting yang berarti ‘apit atau jepit (dengan kaki atau lengan)," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Senin (18/92023).
Dikutip dari KBBI, piting adalah kegiatan apit atau jepit (dengan kaki atau lengan).
Kata piting juga diartikan sebagai tampuk lampu listrik. Berikutnya, kata piting juga merujuk ke hewan kepiting.
"Kata piting yang berarti apit atau jepit mempunyai kata turunan memiting, piting-memiting, dan pitingan," kata Ganjar.
Menurutnya kata-kata dasar dan turunannya tersebut berkonotasi netral.
"Di dalamnya ada unsur mengapit atau menjepit (orang lain) dengan kaki atau lengan," terang dia.
Kata memiting mengalami abreviasi atau pendekatan bentuk kata sehingga menjadi miting yang digunakan dalam ragam cakapan non-formal.
Kata piting mengalami perluasan makna
Beriringnya zaman, penggunaan kata "piting-memiting" mengalami perluasan makna atau penambahan makna dari yang semula berarti saling memiting.
"Penambahan makna berkonotasi positif dari kata miting seperti makna yang merujuk pada 'merangkul' (satu masyarakat agar terhindar dari bentrokan)," kata Ganjar.
Namun, konotasi positif itu bergantung pada konteks penggunaan kata itu sendiri.
Pada konteks tertentu, kata piting bisa saja berkonotasi negatif.
"Kata memiting dalam kalimat 'Ia membunuh dengan cara memiting batang leher korban' bisa berarti negatif dalam konteks tindakan menghilangkan nyawa orang lain, tetapi bisa berarti biasa sebagaimana adanya jika itu dalam konteks laporan berita acara," terang Ganjar.
Terkait ucapan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, Ganjar mengatakan bahwa kata piting dalam kalimat instruksinya bisa saja memiliki konteks positif.
"Kalau (kata piting) yang dimaksud 'merangkul (satu masyarakat agar terhindar dari bentrokan)', bisa dianggap konotasi positif," tandas dia.
Piting dalam bahasa prajurit
Sementara itu, Kapuspen TNI Laksda TNI Julius Widjojono menjelaskan arti kata piting yang diucapkan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono.
Menurutnya, ada kesalahpahaman masyarakat dalam memaknai pernyataan tersebut, karena konteksnya berbeda.
"Jika dilihat secara utuh dalam video tersebut, Panglima TNI sedang menjelaskan bahwa demo yang terjadi di Rempang sudah mengarah pada tindakan anarkisme yang dapat membahayakan baik aparat maupun masyarakat itu sendiri, sehingga meminta agar masing-masing pihak untuk menahan diri, " ujarnya, saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin.
Lebih lanjut, Kapuspen TNI menyampaikan bahwa Panglima TNI menginstruksikan kepada Komandan Satuan untuk melarang prajurit menggunakan alat atau senjata saat mengamankan aksi demo Rempang.
Hal tersebut untuk menghindari korban, sehingga lebih baik menurunkan prajurit lebih banyak dari pada menggunakan peralatan yang bisa mematikan,
Terkait bahasa piting-memiting yang diucapkan, Julius mengatakan bahwa arti kata piting dalam bahasa prajurit adalah merangkul.
"Karena disampaikan di forum prajurit, yang berarti setiap prajurit "merangkul" satu masyarakat agar terhindar dari bentrokan," jelas dia.
Dia menyampaikan bahwa bahasa prajurit terkadang disalahartikan oleh masyarakat lantaran tidak terbiasa dengan gaya bicara para prajurit.
https://www.kompas.com/tren/read/2023/09/18/191500065/arti-kata-piting-yang-diucapkan-panglima-tni-saat-beri-instruksi