Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Benarkah Banyak Bekas Luka di Lengan Termasuk Gejala Sifilis?

KOMPAS.com - Sebuah unggahan yang menyebut banyak bekas luka di lengan merupakan gejala sifilis, ramai di media sosial.

Unggahan tersebut dibuat oleh akun Twitter @tanyakanrl, Rabu (10/5/2023) malam. Namun, pantauan Kompas.com pada Kamis (11/5/2023) pagi, unggahan tersebut telah dihapus.

Unggahan Twitter yang dimaksud menampilkan sebuah foto lengan dengan banyak bekas luka.

Pengunggah menuliskan, pria dengan kondisi lengan tersebut masuk dalam kategori red flag atau berbahaya.

"Biarpun cowomu glowing kek oppa rozy, jika lengannya seperti ini run bestie run... its red flag," tulisnya.

Beragam komentar menebak bahwa kondisi dalam gambar merupakan gejala sifilis.

Namun, sebagian besar warganet tak setuju apabila banyak bekas luka selalu dikaitkan dengan ciri infeksi menular seksual (IMS) tersebut.

"Walah baru tau ini gejala sifilis," komentar salah satu warganet.

"Mustinya sender kasih DISCLAIMER dulu bahwa tidak semua tangan begitu itu SIFILIS, ada juga DARAH MANIS / PRURIGO," kata warganet lain.

Lantas, benarkah banyak bekas luka adalah gejala sifilis?

Gejala sifilis tergantung tahapannya

Spesialis kulit dan kelamin dari Rumah Sakit Harapan Keluarga, dr Dedianto Hidajat menegaskan, penampakan banyak bekas di lengan tak selalu menunjukkan gejala sifilis.

"Ya belum tentu sih," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Kamis (11/5/2023).

Dedianto menjelaskan, gejala sifilis tidak serta-merta berupa luka di sekujur lengan seperti dalam foto.

Menurut dia, gejala sifilis pada umumnya tergantung pada stadium atau tahapannya.

Pada stadium awal atau primer, biasanya penderita akan mengalami luka atau tukak pada bagian genital atau kelamin maupun pada mukosa mulut.

"Bisa kaya sariawan yang dikenal dengan istilah medisnya ulkus durum," ujarnya.

Apabila tidak diobati dengan benar, maka sifilis yang diidap dapat berlanjut ke stadium dua.

Pada stadium ini, menurut Dedianto, akan ada bercak merah pada seluruh badan hingga telapak tangan dan kaki.

"Dengan pemeriksaan lab yang menunjukkan hasil positif terhadap sifilis, mungkin seperti di foto," ungkapnya.

Infeksi menular seksual ini juga dapat berkembang ke stadium berikutnya, yakni stadium laten.

Dedianto menyampaikan, sifilis laten tidak menunjukkan gejala, tetapi tetap menular.

Kondisi ini biasanya diketahui dari pemeriksaan laboratorium Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) dan Treponema Pallidum Haemagglutination Assay (TPHA).

"Stadium lanjut pada sifilis bisa menyerang otak, sumsum tulang belakang, dan organ vital lainnya," tuturnya.

Pencegahan sifilis lebih penting

Penyakit sifilis juga bisa terjadi pada ibu hamil dan ditularkan kepada bayi yang dikandung, sehingga menimbulkan risiko kecacatan pada bayi.

Oleh karena itu, skrining terhadap sifilis perlu dilakukan pada ibu hamil, terutama yang memiliki risiko tinggi.

"Pencegahan terhadap sifilis sebagai salah satu IMS atau infeksi menular seksual lebih penting daripada pengobatan yaitu dengan tidak berganti pasangan, melakukan aktivitas seksual yang aman," terang Dedianto.

Dokter yang turut berpraktik di Vivaldy Skin Clinic ini mengungkapkan, sifilis dapat sembuh asal penderita tidak telat menjalani pengobatan dan teratur mengonsumsi obat.

Bukan hanya itu, penderita juga tidak boleh sembarangan minum obat terutama antibiotik.

"Jika sembarangan bisa menimbulkan resistensi sehingga lebih susah untuk diobati," kata dia.

Dia pun menegaskan, apabila terdapat keluhan dan gejala yang menunjukkan sifilis, segera konsultasi ke dokter yang berkompeten.

"Dalam hal ini dokter spesialis kulit dan kelamin, untuk diperiksa dengan benar dan diobati secara tepat," tandasnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/05/11/163000865/benarkah-banyak-bekas-luka-di-lengan-termasuk-gejala-sifilis-

Terkini Lainnya

UPDATE Banjir Sumbar: 61 Orang Meninggal, Potensi Bencana Susulan Masih Ada

UPDATE Banjir Sumbar: 61 Orang Meninggal, Potensi Bencana Susulan Masih Ada

Tren
7 Sarapan Sehat untuk Usia 50 Tahun, Diyakini Bikin Panjang Umur

7 Sarapan Sehat untuk Usia 50 Tahun, Diyakini Bikin Panjang Umur

Tren
5 Update Kasus Pembunuhan Vina, Bareskrim Turun Tangan dan Dugaan Kejanggalan BAP

5 Update Kasus Pembunuhan Vina, Bareskrim Turun Tangan dan Dugaan Kejanggalan BAP

Tren
Pelaku Penyelundupan Orang Bermodus Iklan Lowker via TikTok Ditangkap di Surabaya, Ini Kronologinya

Pelaku Penyelundupan Orang Bermodus Iklan Lowker via TikTok Ditangkap di Surabaya, Ini Kronologinya

Tren
Apa yang Akan Terjadi Saat Berjalan Kaki 10.000 Langkah Per Hari Selama Sebulan?

Apa yang Akan Terjadi Saat Berjalan Kaki 10.000 Langkah Per Hari Selama Sebulan?

Tren
3 Manfaat Mengonsumsi Madu dan Teh Hijau, Baik bagi Penderita Diabetes

3 Manfaat Mengonsumsi Madu dan Teh Hijau, Baik bagi Penderita Diabetes

Tren
BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 18-19 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 18-19 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Wilayah Berpotensi Hujan Lebat 17-18 Mei 2024 | Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

[POPULER TREN] Wilayah Berpotensi Hujan Lebat 17-18 Mei 2024 | Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

Tren
Kondisi Geografis Mahakam Ulu, Tetangga IKN yang Dikepung Sungai dan Kini Darurat Banjir

Kondisi Geografis Mahakam Ulu, Tetangga IKN yang Dikepung Sungai dan Kini Darurat Banjir

Tren
Pesona Air Terjun

Pesona Air Terjun

Tren
Update Banjir Mahakam Ulu, Ratusan Orang Masih Mengungsi

Update Banjir Mahakam Ulu, Ratusan Orang Masih Mengungsi

Tren
Ribka Sugiarto Mundur dari Pelatnas, Kekasih Ungkap Alasannya

Ribka Sugiarto Mundur dari Pelatnas, Kekasih Ungkap Alasannya

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Bagaimana Cara Orang Mesir Kuno Membangun Piramida

Ilmuwan Akhirnya Tahu Bagaimana Cara Orang Mesir Kuno Membangun Piramida

Tren
Ada Aturan Baru KRIS, Apakah Perawatan ICU Ditanggung BPJS Kesehatan?

Ada Aturan Baru KRIS, Apakah Perawatan ICU Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Jemaah Tolong Jemaah, Kisah Manis Persaudaraan di Madinah

Jemaah Tolong Jemaah, Kisah Manis Persaudaraan di Madinah

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke