Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Siapa Shunsaku Sagami yang Sukses Jadi Triliuner Terbaru Jepang di Usia 32 Tahun?

Perusahaan Sagami bergerak di bidang layanan merger dan akuisisi (M&A) dan layanan situs pemasaran di Jepang.

Meski menjadi triliuner, Shunsaku Sagami bukanlah orang yang menekuni industri tersebut sejak awal.

Namun, ia berhasil membuktikan kemampuannya dalam waktu yang cukup singkat.

Awal terjun ke industri M&A

Dilansir dari situs resmi perusahaannya , Shunsaku Sagami lahir pada tahun 1991. Ia merupakan lulusan dari Universitas Kobe.

Pada September 2013, Sagami bekerja di MicroAd Co., Ltd. untuk mengembangkan algoritma periklanan saat dia berusia 20 tahun.

Pada 2015, ia kemudian mendirikan perusahaan mode media bernama Alpaca. Namun, perusahaan ini diakuisisi oleh Vector, agen hubungan masyarakat yang terdaftar di Tokyo. Selanjutnya, Alpaca berganti nama menjadi Smart Media.

Forbes menyebut, meski tidak lagi memegang kendali, Sagami yang saat itu berusia pertengahan dua puluhan, tetap bekerja di Smart Media sekaligus membantu proses akuisisi atau perusahaan peralihan.

Selama bekerja, Sagami sering menemukan proses pembuatan kesepakatan antar perusahaan yang berjalan tidak efisien.

Di saat yang sama, dia juga menyaksikan bisnis kakeknya terpaksa gulung tikar karena tidak ada penerus yang melanjutkan.

Dari situlah, Sagami tergerak untuk membuat penggabungan perusahaan dan akuisisi yang membahas penggabungan atau pengambil alihan di antara dua perusahaan.

Punya perusahaan sendiri

Akhirnya, perusahaan milik Shunsaku Sagami bernama M&A Research Institute Inc resmi berdiri pada Oktober 2018 di Distrik Chiyoda, Tokyo, Jepang.

Melalui usahanya, Sagami termotivasi untuk membantu usaha UKM Jepang. Ini salah satunya dilatar belakangi fakta bahwa lebih dari 99 persen perusahaan di Jepang adalah UKM sedangkan sekitar dua pertiganya tidak memiliki penerus.

Financial Times menyebut, perusahaan yang berganti nama menjadi M&A Research Institute Holdings Inc ini memberikan layanan bergerak merger dan akuisisi (M&A) dan situs pemasaran di Jepang.

M&A menggunakan algoritma kecerdasan buatan (AI) untuk menjangkau antara calon pembeli dan penawar yang akan menjual bisnisnya.

Kondisi ini membuat tim Sagami bersedia membayar setelah kesepakatan penjualan berhasil.

Harga yang ramah klien dan pendekatan menggunakan AI inilah yang menjadi keunggulan dari perusahaannya.

Kesuksesan Sagami

Usaha Sagami berhasil menumbuhkan saham perusahaan di bursa saham Tokyo sejak Juni 2022.

M&A Research Institute meraup laba bersih sebesar 7,1 juta dolar AS (Rp 104 miliar) dengan pendapatan sebesar $15,7 juta (Rp 230 miliar) pada Desember 2022.

Pendapatan tahunan perusahaan melonjak hampir 200 persen sejak berdiri menjadi 28,8 juta dolar AS (Rp 422 miliar) hingga September 2022.

Keuntungannya juga meningkat hampir empat kali lipat menjadi 9,8 juta dollar AS (Rp 144 miliar) selama periode tersebut.

Sementara jumlah penasihat M&A di perusahaan bertambah lebih dari dua kali lipat menjadi 90 orang pada akhir Desember.

Sagami mencapai rekor penjualan tertinggi dengan total 4.304 transaksi selama 2022. Saat ini, harga saham perusahaannya meningkat drastis lebih dari 340 persen sejak Juni tahun lalu.

Adapun 73 persen saham Sagami di perusahaan itu sekarang bernilai lebih dari 1 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 14,66 triliun, mengacu pada penutupan harga saham perusahaan pada Jumat (28/4) pekan lalu.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/05/01/134500365/siapa-shunsaku-sagami-yang-sukses-jadi-triliuner-terbaru-jepang-di-usia-32

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke