KOMPAS.com - Simon, Tiddle, Tom, dan Bounce adalah beberapa kucing Angkatan Laut yang melakukan perjalanan ribuan mil dengan kapal perang.
Meski hanya hewan berbulu, mereka termasuk anggota kru paling berharga yang kerap kali mendapatkan seragam beserta tempat tidur khusus.
Bertahun-tahun mengarungi lautan lepas, tak jarang membuat banyak dari hewan-hewan ini tak pernah menginjakkan kaki di atas tanah kering sepanjang hidup.
Pengusir hewan pengerat di atas kapal
Dilansir dari National Geographic, keberadaan kucing di atas kapal hampir beriringan dengan manusia pertama kali pergi berlayar.
Bahkan, sebagian besar pelaut bertanggung jawab atas penyebaran kucing di seluruh dunia.
Adanya kucing selama berlayar bermanfaat untuk mengurangi populasi tikus yang bisa memakan persediaan makan para awak kapal.
Menurut laman Angkatan Laut Amerika Serikat, orang Mesir kuno adalah pelaut pertama yang menyadari nilai sebenarnya dari memiliki kucing sebagai teman sekapal.
Bahkan saat di laut, apalagi saat perang, kucing mendapat tugas serius untuk menjaga persediaan makanan.
Merujuk studi yang dipresentasikan pada Simposium Internasional tentang Arkeologi Biomolekuler di Oxford, Inggris pada 2016, kucing diketahui turut berlayar bersama Viking untuk menaklukkan dunia.
Bukan hanya itu, Bangsa Fenisia juga mengakui peran kucing untuk mengendalikan populasi hewan pengerat di kapal saat tengah berdagang di seluruh Mediterania.
Kucing, dengan kehebatan berburunya, adalah solusi yang murah sekaligus efektif untuk setiap serangan hama.
Hal ini juga diterapkan pemerintah Amerika Serikat pada abad ke-19, yang mulai membeli sejumlah kucing, salah satunya sebagai "penjaga" di Angkatan Laut.
Tolok ukur cuaca dengan kibasan ekor dan kedipan mata
Semula, pelaut percaya bahwa kucing dapat mengendalikan cuaca dengan ekor dan matanya.
Ekor kucing yang bergerak dengan pola tertentu menandakan mereka tengah marah dan bersiap untuk mendatangkan badai dahsyat.
Para pelaut juga menyadari apabila kucing mengedipkan mata dengan gerakan lambat, maka terjadi penurunan tekanan udara secara tiba-tiba yang mengantarkan kapal dalam cuaca tak menguntungkan.
Kala itu, para kru pun mulai memantau semua tingkah laku kucing di atas kapal dan memandang semua perilaku tak biasa sebagai peringatan badai.
Lambat laun, kucing-kucing itu menjelma menjadi tolok ukur atau barometer berbulu kecil yang memprediksi cuaca.
Bukan hanya itu, pelaut juga percaya bahwa seekor kucing yang melompat dan memilih naik ke kapal adalah tanda keberuntungan selama kapal itu berlayar.
Sebaliknya, mereka akan khawatir terjadi bencana apabila tiba-tiba kucing di atas kapal melompat turun sesaat sebelum berlayar.
Lebih buruk lagi, para pelaut mengira nasib mereka telah ditentukan saat ada dua kucing berkelahi di dermaga.
Itu artinya, malaikat dan iblis tengah memulai perang untuk jiwa para kru dalam kapal.
Benci air tetapi bisa menyesuaikan diri
Kucing terkenal sebagai hewan yang sangat tidak menyukai air. Hebatnya, mereka mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan laut.
Kucing dapat bertahan hidup hanya dari daging-dagingan termasuk daging tikus, tanpa perlu makan buah dan sayur.
Di sisi lain, saat hewan pengerat dalam kapal mulai menipis, mamalia ini memiliki kemampuan sendiri untuk menangkap ikan.
Mangsa termudah adalah ikan-ikan yang terdampar begitu saja di geladak kapal. Beberapa kucing juga mampu mengatasi ketidaksukaan terhadap air dan menjadi penyelam terampil yang dapat menangkap ikan dari laut.
Hewan-hewan ini pun tidak membutuhkan banyak air minum seperti pelaut manusia. Selain itu, kucing memiliki sistem penyaringan internal yang sangat baik, sehingga memungkinkan mereka meminum sedikit air laut jika perlu.
Tiddle dan Simon, sederet kucing Angkatan Laut
Dilansir dari laman Naval Post, salah satu kucing Angkatan Laut paling populer adalah Tiddle dari Britania Raya.
Hewan berbulu ini lahir di HMS Argus dan bergabung dengan HMS Victorious milik Britania Raya.
Pada 1940, Tiddle kemudian didapuk menjadi Kucing Kapten resmi di HMS Victorious. Selama tahun-tahun pelayanannya, dia telah melakukan perjalanan lebih dari 30.000 mil.
Dia juga sering terlihat di stasiun favoritnya, di buritan penggulung, di mana Tiddle akan bermain dengan tali lonceng.
Selain Tiddle, ada pula Able Seacat Simon, seekor kapten resmi di HMS Amethyst. Pada 1949, Simon resmi memenangkan dua penghargaan, termasuk Medali Dickin, medali kehormatan tertinggi bagi binatang gagah berani.
Simon terkena pecahan peluru saat kapalnya dihantam People's Liberation Army (PLA) pada 1948. Dia baru ditemukan 8 hari kemudian dan menjalani perawatan.
Sayang, Simon tak mampu sembuh, dan malah dinyatakan meninggal dunia. Dia kemudian dimakamkan secara militer dan mendapatkan penghormatan layaknya prajurit.
https://www.kompas.com/tren/read/2023/04/15/100000265/kisah-kucing-kucing-angkatan-laut-jadi-peramal-cuaca-hingga-penjaga-pasokan