Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Spesifikasi dan Cerita KRI Pasopati-410, Kapal Selam TNI AL yang Kini Jadi Monumen di Surabaya

KOMPAS.com - Di Surabaya, Jawa Timur, berdiri sebuah Monumen Kapal Selam (Monkasel), tepatnya di Jalan Pemuda, Genteng.

Monkasel yang merupakan wujud asli kapal selam ini, merupakan eks kapal selam KRI Pasopati bernomor lambung 410, milik TNI Angkatan Laut (AL).

Menurut catatan Harian Kompas, 30 Juni 1998, pembangunan monumen yang dimulai sejak Juli 1995 tersebut penuh kendala. Khususnya masalah pendanaan sejak terjadi krisis moneter.

Akhirnya, pada 27 Juni 1998, Monkansel Pasopati-410 diresmikan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Arief Kushariadi.

Arief Kushariadi menceritakan, ada alasan atas pilihan mengapa menjadikan KRI Pasopati sebagai monkansel.

Selain karena sudah purnatugas, juga merupakan kapal selam yang paling besar, paling lengkap, dan punya catatan sejarah yang panjang bagi Indonesia.

Berikut cerita hingga spesifikasi dari KRI Pasopati-410:

KRI Pasopati memperkuat TNI AL pada 29 Januari 1962.

Sejak dioperasikan hingga purnatugas pada 1994, KRI Pasopati dikendalikan 14 komandan perwira.

Selama dalam jajaran gugus tugas, KRI Pasopati selalu ikut mendukung kegiatan operasi berskala besar, seperti Operasi Trikora.

Keterlibatan perdana Pasopati adalah ikut dalam operasi Aligoro, 28 Juli-26 Agustus 1962.

Kapal selam tipe SS Whiskey Class buatan Rusia pada 1952 ini memiliki panjang 76 meter dan lebar 6,30 meter.

Penamaan hingga kemampuan KRI Pasopati

Kapal yang kemudian diberi nama Pasopati, nama senjata pamungkas Arjuna, salah satu tokoh sakti Pendawa Lima, yang turut menjadi penentu stabilitas dan keamanan Negeri Astina, mampu melaju dengan kecepatan 17 knot di atas air dan 15 knot di bawah permukaan air.

Berat penuh 1.300 ton, sedangkan berat dalam kondisi kosong 1.050 ton, dengan jarak jelajah 8.500 mil laut.

Semasa jayanya, KRI Pasopati pernah menenggelamkan kapal perang musuh di pantai Irian Jaya, waktu masih bernama Irian Barat.

KRI Pasopati juga pernah menghancurkan kapal musuh yang berlayar ke utara dalam operasi pembebasan Irian Barat, yang pada saat itu berada dalam cengkeraman Belanda.

Kemampuan tempur Pasopati untuk menghajar pasukan musuh inilah salah satu yang menjadi sebab lahirnya "Persetujuan New York", yang kemudian mengembalikan Irian Jaya ke pangkuan RI.

Diberitakan Kompas.com, 7 April 2013, Atmadji Sumarkidjo, dalam buku Mission Accomplished (2010), menyebutkan bahwa sebanyak 12 kapal selam jenis Whiskey Class yang dibeli dari Soviet bukan kapal selam yang baru sama sekali, tetapi reputasinya cukup baik kala itu.

Soviet memang mengembangkan sejumlah tipe kapal selam, tetapi hanya tipe Whiskey Class yang dijual ke negara-negara "sahabat", salah satunya ke Indonesia.

Sebelum membawa kapal selam tersebut ke Tanah Air, maka dikirimlah para pelaut muda Indonesia ini secara bergelombang mengikuti on the job training langsung di kota Vladivostok, pangkalan utama kapal selam untuk pasifik yang disebut sebagai Pusat Pendidikan 89, Angkatan Laut Uni Soviet.

Di sanalah para pelaut muda Indonesia digembleng bagaimana mengawaki kapal selam ini.

Latihan dengan kapal selam dilakukan di perairan di Vladivostok yang sangat dingin. Pengantar untuk berkomunikasi pun dilakukan dalam bahasa Rusia.

Untuk itu, sebanyak empat guru wanita didatangkan dari Moskwa untuk memberikan kursus bahasa Rusia bagi para awak kapal Indonesia.

Dalam waktu 3 bulan umumnya mereka sudah bisa menguasai dasar-dasar bahasa Rusia.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/05/25/090500265/spesifikasi-dan-cerita-kri-pasopati-410-kapal-selam-tni-al-yang-kini-jadi

Terkini Lainnya

Berencana Tinggal di Bulan, Apa yang Akan Manusia Makan?

Berencana Tinggal di Bulan, Apa yang Akan Manusia Makan?

Tren
Ustaz Asal Riau Jadi Penceramah Tetap di Masjid Nabawi, Kajiaannya Diikuti Ratusan Orang

Ustaz Asal Riau Jadi Penceramah Tetap di Masjid Nabawi, Kajiaannya Diikuti Ratusan Orang

Tren
Gratis, Ini 3 Jenis Layanan yang Ditanggung BPJS Kesehatan Sesuai Perpres Terbaru

Gratis, Ini 3 Jenis Layanan yang Ditanggung BPJS Kesehatan Sesuai Perpres Terbaru

Tren
Respons Kemenkominfo soal Akun Media Sosial Kampus Jadi Sasaran Peretasan Judi Online

Respons Kemenkominfo soal Akun Media Sosial Kampus Jadi Sasaran Peretasan Judi Online

Tren
Ketahui, Ini 8 Suplemen yang Bisa Sebabkan Sakit Perut

Ketahui, Ini 8 Suplemen yang Bisa Sebabkan Sakit Perut

Tren
Batu Kuno Ungkap Alasan Bolos Kerja 3.200 Tahun Lalu, Istri Berdarah dan Membalsam Mayat Kerabat

Batu Kuno Ungkap Alasan Bolos Kerja 3.200 Tahun Lalu, Istri Berdarah dan Membalsam Mayat Kerabat

Tren
Ditemukan di Testis, Apa Bahaya Mikroplastik bagi Manusia?

Ditemukan di Testis, Apa Bahaya Mikroplastik bagi Manusia?

Tren
Pegi Teriak Fitnah, Ini Fakta Baru Penangkapan Tersangka Kasus Pembunuhan Vina

Pegi Teriak Fitnah, Ini Fakta Baru Penangkapan Tersangka Kasus Pembunuhan Vina

Tren
Ikang Fawzi Antre Layanan di Kantor BPJS Selama 6 Jam, BPJS Kesehatan: Terjadi Gangguan

Ikang Fawzi Antre Layanan di Kantor BPJS Selama 6 Jam, BPJS Kesehatan: Terjadi Gangguan

Tren
Beredar Isu Badai Matahari 2025 Hilangkan Akses Internet Berbulan-bulan, Ini Penjelasan Ahli

Beredar Isu Badai Matahari 2025 Hilangkan Akses Internet Berbulan-bulan, Ini Penjelasan Ahli

Tren
Mengenal Jampidsus, Unsur 'Pemberantas Korupsi' Kejagung yang Diduga Dikuntit Densus 88

Mengenal Jampidsus, Unsur "Pemberantas Korupsi" Kejagung yang Diduga Dikuntit Densus 88

Tren
Starlink dan Literasi Geospasial

Starlink dan Literasi Geospasial

Tren
Saat Pegi Berkali-kali Membantah Telah Bunuh Vina, Sebut Fitnah dan Rela Mati...

Saat Pegi Berkali-kali Membantah Telah Bunuh Vina, Sebut Fitnah dan Rela Mati...

Tren
5 Kasus Besar yang Tengah Ditangani Jampidsus di Tengah Dugaan Penguntitan Densus 88

5 Kasus Besar yang Tengah Ditangani Jampidsus di Tengah Dugaan Penguntitan Densus 88

Tren
Jarang Diketahui, Ini Potensi Manfaat Konsumsi Kunyit Putih Setiap Hari

Jarang Diketahui, Ini Potensi Manfaat Konsumsi Kunyit Putih Setiap Hari

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke