Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ramai Video Megawati soal Minyak Goreng Dikomentari Cak Nun, Ini Faktanya

KOMPAS.com - Nama Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri tengah menjadi sorotan usai berkomentar soal polemik minyak goreng.

Di tengah perbincangan soal Megawati tersebut, muncul video dari budayawan Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun yang berbicara tentang Megawati.

Video itu salah satunya diunggah oleh akun Twitter @om_icron, Jumat (18/3/2022).

Akun tersebut membagikan video yang menggabungkan video Megawati dengan Cak Nun.

Video lawas Cak Nun

Dalam video tersebut, Cak Nun menyebut, Megawati tidak berpendidikan.

Menurut Cak Nun, Megawati tak pernah merasa sedih ketika seseorang dipaksa membayar utang saat mereka dalam kondisi kekurangan.

"Tapi jangan disalahkan karena Mbak Mega itu tidak ngerti. Dia tidak punya ilmu untuk memahami itu. Dia tidak sekolah. Dia tidak pernah jadi manusia biasa seperti Anda. Dia tidak pernah bergaul di kampung-kampung, tidak pernah utang, nggak pernah ngerti sedihnya nggak bisa bayar sekolah," ujar Cak Nun dalam video tersebut.

Cak Nun mengatakan, sejak kecil Megawati tinggal di "istana" karena sebagai anak Presiden.

"Jadi gak onok (enggak ada) ceritanya anak presiden utang, gak onok. Nah, Anda jangan tuntut Bu Mega untuk ngerti itu, wong gak ngerti kok," imbuhnya.

Namun, faktanya, video ungkapan Cak Nun soal Megawati tersebut sudah beredar beberapa tahun lalu, tepatnya pada 2018.

Video itu dipotong sehingga seakan-akan pernyataan Cak Nun tersebut sebagai tanggapan atas ungkapan Megawati soal polemik minyak goreng yang terjadi belakangan ini.


Isi lengkap video Cak Nun

Pernyataan Cak Nun itu sebenarnya adalah tanggapan atas sikap Megawati yang menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai petugas partai.

Hal itu sebagaimana diberitakan Warta Kota Tribunnews, 25 Juli 2018.

Saat itu, dalam salah satu ceramahnya, Cak Nun menyoroti masalah yang dialami Indonesia setelah Jokowi menjadi presiden.

Masalah ini terkait dengan kontroversi sumpah jabatan dan petugas partai yang disampaikan secara terbuka oleh Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.

Menurut Cak Nun, sampai hari ini, Megawati Soekarnoputri tetap menyatakan Jokowi adalah petugas partai.

"Jadi, Indonesia itu bagian dari PDIP, bukan PDIP bagian Indonesia. Salah apa bener?," kata Cak Nun.

Selanjutnya, Cak Nun juga menyatakan, persoalan yang terjadi bukan salah Megawati.

Berikut pernyataan Cak Nun selengkapnya:

"Tapi jangan disalahkan karena Mbak Mega tidak ngerti.

Dia tidak punya ilmu untuk memahami itu, dia tidak sekolah, dia tidak pernah menjadi manusia biasa seperti Anda.

Dia tidak pernah bergaul di kampung-kampung, tidak pernah hutang, tidak pernah ngerti sedihnya tidak bisa bayar sekolah, sejak kecil beliau itu adalah anak presiden di istana.

Jadi, tidak ada ceritanya presiden berhutang.

Anda jangan tuntut Mbak Mega untuk mengerti itu, wong gak ngerti kok.

Jangan diuring-uring, sementara, Jokowi juga tidak ngerti.

Karena itu, kalau memilih presiden harus hati-hati.

Sing salah sampean dewe kok (yang salah Anda sendiri), saiki muring-muring (sekarang marah-marah), aku sing dikongkon beresi (saya yang disuruh membenahi).

Pas ngegas gak kondo aku, pas kesandung kondo aku (waktu ngegas gak bilang saya, pas tersandung bilang saya).

Jadi yang seharusnya ditagih adalah Undang-Undang Negara Republik Indonesia, membatasi.

Loh, bagaimana ini, disumpah menjadi wali kota 5 tahun, di tengah jalan, malah terus jadi gubernur, Undang-Undang kita membolehkan atau tidak?

Sumpah jadi gubernur belum setahun, terus jadi presiden boleh enggak menurut Undang-Undang? Boleh oleh Undang-Undang Indonesia.

Jadi, Undang-Undangnya yang harus didandani (dibenahi).

Jadi, jangan salah menagih.

Kalangan cerdik pandai ditagih, wis gak punya kerjaan, wis sekolah malah nganggur, maka yang harus ditagih itu DPR termasuk yudikatif."


Pernyataan Megawati soal minyak goreng

Nama Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tengah ramai diperbincangkan.

Megawati panen kritikan usai berkomentar soal kisruh minyak goreng.

Bagaimana tidak, di tengah langka dan tingginya harga minyak goreng di Indonesia, Megawati justru mempertanyakan para ibu yang terlalu banyak menggoreng.

Megawati mengaku heran melihat ibu-ibu rela mengantre berjam-jam demi membeli minyak.

"Saya sampai mengelus dada, bukan urusan masalah nggak ada atau mahalnya minyak goreng, saya sampai mikir, jadi tiap hari ibu-ibu itu apakah hanya menggoreng sampai begitu rebutannya?" kata Megawati dalam webinar "Cegah Stunting untuk Generasi Emas" yang disiarkan Youtube Tribunnews, Jumat (18/3/2022).

Padahal, menurut Mega, selain digoreng, ada banyak cara untuk membuat makanan. Bisa dengan direbus, dibakar, atau dikukus.

"Apa tidak ada cara untuk merebus, lalu mengukus, atau seperti rujak, apa tidak ada? Itu menu Indonesia, lho. Lha kok njelimet (rumit) gitu," tuturnya.

Megawati mengatakan, seandainya almarhum suami menyuruhnya untuk ikut mengantre atau berebut membeli minyak goreng, sudah pasti dia tidak mau.

Daripada menggoreng, Megawati bilang lebih memilih memasak di rumah dengan cara lainnya.

Selain enggan menghabiskan waktu, kata Mega, terlalu banyak mengonsumsi makanan yang digoreng juga tak baik untuk kesehatan tubuh.

"Saya emoh (tidak mau). Aku lebih baik masak di rumah, direbus kek, dikukus kek," kata dia.

Meski demikian, Mega tak menampik pentingnya minyak goreng dalam urusan rumah tangga.

Namun, menurut dia, minyak goreng bukanlah kebutuhan primer.

"Nanti dipikirnya saya tidak membantu rakyat kecil. Lho padahal, ini kebutuhan apa tidak? Sebetulnya ini kan bukan primer sebetulnya, kalau mikirnya kita kreatif," kata Presiden ke-5 RI itu.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/03/20/163000365/ramai-video-megawati-soal-minyak-goreng-dikomentari-cak-nun-ini-faktanya

Terkini Lainnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Gelombang Tinggi 15-16 Mei 2024, Ini Daftar Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Gelombang Tinggi 15-16 Mei 2024, Ini Daftar Wilayahnya

Tren
Daftar Lengkap Link Pengumuman Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2024, Cek di Sini!

Daftar Lengkap Link Pengumuman Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2024, Cek di Sini!

Tren
Aturan Baru, Peserta BPJS Kesehatan Bisa Naik Kelas Rawat Inap Kecuali Kategori Ini

Aturan Baru, Peserta BPJS Kesehatan Bisa Naik Kelas Rawat Inap Kecuali Kategori Ini

Tren
Pesawat Boeing 757 Milik Donald Trump Menabrak Pesawat Komersial di Bandara Florida

Pesawat Boeing 757 Milik Donald Trump Menabrak Pesawat Komersial di Bandara Florida

Tren
4 Fakta Anak Bunuh Ibu di Sukabumi, Gunakan Garpu Tanah dan Tidur dengan Bercak Darah

4 Fakta Anak Bunuh Ibu di Sukabumi, Gunakan Garpu Tanah dan Tidur dengan Bercak Darah

Tren
Cuaca Panas, Hindari Pakai Baju Berbahan Ini agar Tak Bau Badan

Cuaca Panas, Hindari Pakai Baju Berbahan Ini agar Tak Bau Badan

Tren
KRIS BPJS Kesehatan Siap Diterapkan, Mungkinkah Iuran Dipukul Rata?

KRIS BPJS Kesehatan Siap Diterapkan, Mungkinkah Iuran Dipukul Rata?

Tren
11 Daerah Larang dan Batasi 'Study Tour', Imbas Kecelakaan Bus di Subang

11 Daerah Larang dan Batasi "Study Tour", Imbas Kecelakaan Bus di Subang

Tren
Pemerintah Wajibkan Semua Penduduk Ikut BPJS Kesehatan, Bagaimana jika Tidak Mampu?

Pemerintah Wajibkan Semua Penduduk Ikut BPJS Kesehatan, Bagaimana jika Tidak Mampu?

Tren
Berstatus DPO, Begini Ciri 3 Buronan Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Berstatus DPO, Begini Ciri 3 Buronan Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Tren
Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa Kali Pertama dan Sekarang

Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa Kali Pertama dan Sekarang

Tren
Mengenal Spesies Ikan Baru di Pegunungan Meratus, Punya Penis di Bawah Kepala

Mengenal Spesies Ikan Baru di Pegunungan Meratus, Punya Penis di Bawah Kepala

Tren
Musim Haji 2024, Begini Prakiraan Cuaca di Arab Saudi dan Cara Mengeceknya

Musim Haji 2024, Begini Prakiraan Cuaca di Arab Saudi dan Cara Mengeceknya

Tren
OpenAI Luncurkan GPT-4o secara Gratis di ChatGPT, Apa Itu?

OpenAI Luncurkan GPT-4o secara Gratis di ChatGPT, Apa Itu?

Tren
Mengenal PTN BH, Keistimewaan, dan Daftar Kampusnya

Mengenal PTN BH, Keistimewaan, dan Daftar Kampusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke