Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kota Ini Tawarkan Rp 23 Juta bagi Perempuan yang Melahirkan pada 2022

KOMPAS.com - Pemerintah metropolitan Seoul, Korea Selatan akan memberikan bantuan Rp 23 juta bagi orangtua yang melahirkan bayi pada tahun 2022.

Insentif ini diberikan untuk meningkatkan tingkat kelahiran di Seoul.

Dikutip dari Insider, Jumat (21/1/2022), bantuan yang ditawarkan yakni sebesar 1.600 dollar AS (2 juta won) atau sekitar Rp 23 juta dalam bentuk voucher tunai.

Insentif tersebut merupakan bentuk dari salah satu subsidi persalinan yang telah diluncurkan oleh pemerintah Korea Selatan dalam beberapa bulan terakhir.

Pada November 2021, Layanan Asuransi Kesehatan Nasional negara itu mengumumkan bahwa mereka akan memberikan voucher tunai sebesar 837 dollar AS (sekitar Rp 12 juta) kepada ibu baru dan 1.172 dollar AS (Rp 16,8 juta) kepada ibu baru yang melahirkan anak kembar.

Pihak berwenang Korea Selatan juga mencabut pembatasan sebelumnya yang mencegah orangtua baru menggunakan voucher untuk membayar biaya pengobatan.

Cara mendapatkan voucher tunai Rp 23 juta

Agar mendapatkan bantuan tunai itu, orangtua harus memenuhi syarat dengan melakukan pendaftaran kelahiran anaknya mulai 1 Januari 2022.

Kemudian, orangtua bisa menukarkan voucher tersebut secara online maupun offline di pusat komunitas lokal. Voucher itu berlaku sampai akhir tahun 2022.

Apa yang terjadi di Korea Selatan?

Menurut statistik kelahiran dan kematian Korea Selatan yang dirilis oleh pemerintah Korea Selatan pada tahun 2021, tingkat kesuburan Korea Selatan adalah 0,84 pada 2020.

Pada 1960, tingkat kelahiran di Korea Selatan berada dalam kategori puncak dengan skala 6.

Namun seiring waktu, statistik tingkat kelahiran semakin bergeser. Saat ini, Korea Selatan memiliki tingkat kesuburan terendah di dunia.

Hal ini disebabkan karena milenial di Korea Selatan masih memikirkan utang dan kurangnya perumahan yang terjangkau.

Oleh karena itu, mereka belum berkeinginan membangun rumah tangga atau berkeluarga.

Pada Juli 2021, Insider melaporkan, rendahnya tingkat kelahiran di Korea Selatan dinilai sangat mencolok, sampai ratusan sekolah dikosongkan dan ditinggalkan karena kekurangan murid.


Alasan perempuan Korea Selatan memilih tidak punya anak

Mengutip The Guardian, Sabtu (15/1/2022), baru-baru ini muncul perdebatan mengapa begitu banyak wanita Korea Selatan memilih untuk tidak punya anak.

Perdebatan ini dipicu karena adanya tips kehamilan tradisional, yang dibuat oleh saran pemerintah kota Seoul untuk ibu hamil.

Tips kehamilan ini menyinggung soal bagaimana memenuhi setiap kebutuhan suami saat para ibu hamil berat.

Saran dari pemerintah ini muncul setelah pemerintah mengumumkan bahwa populasi Korea Selatan menurun dengan 275.815 kelahiran dan 307.764 kematian pada 2021.

Warganet mengecam saran itu seharusnya diturunkan atau pemerintah memberikan edukasi yang jelas tentang sikap terhadap peran gender di Korea Selatan.

Beberapa saran konservatif yang dielu-elukan pemerintah seperti, wanita harus menjaga berat badannya dengan melihat pakaian yang mereka pakai sebelum mereka hamil.

Saat mencapai tanggal melahirkan, wanita hamil harus memastikan bahwa suami mereka memiliki cukup makanan dan pakaian ganti untuk menopang mereka selama beberapa hari yang tersisa untuk mengurus diri mereka sendiri.

Sementara ketika mereka kembali ke rumah dengan anggota keluarga yang baru, mereka harus menghindari penampilan “berantakan” pascamelahirkan dengan mengenakan pita rambut.

Tetapi tekanan untuk mematuhi peran gender tradisional hanyalah salah satu alasan mengapa lebih banyak wanita Korea Selatan menghindari pernikahan dan kehidupan keluarga.

Sebab, hal itu justru menambah ketakutan bagi penduduk negara itu dan kesehatan ekonomi jangka panjang.


Wanita Korea Selatan banyak yang berkarier

Pada tahun 2019, tingkat kesuburan negara tersebut mencapai 0,92, terendah di antara negara-negara Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD).

“Karena banyak wanita Korea Selatan memiliki pekerjaan akhir-akhir ini, mereka enggan memiliki bayi karena sangat sulit untuk bekerja dan membesarkan anak pada saat yang sama,” kata seorang profesor emeritus bahasa Inggris di Universitas Nasional Seoul, Kim Seong-kon.

“Selain itu, wanita hamil harus menghadapi kerugian serius saat bekerja di Korea Selatan. Lebih buruk lagi, banyak fasilitas penitipan anak tidak dapat dipercaya, dan fasilitas yang baik sulit untuk didapatkan,” ujar Kim.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/02/08/103000665/kota-ini-tawarkan-rp-23-juta-bagi-perempuan-yang-melahirkan-pada-2022

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke