Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Yang Diketahui Sejauh Ini soal Virus Corona Varian Delta

KOMPAS.com - Salah satu varian virus corona yang kini tengah diwaspadai dunia adalah varian Delta (B.1.167.2).

Varian Delta diketahui menjadi penyebab di balik ledakan kasus infeksi yang terjadi di India beberapa waktu lalu.

Lonjakan yang sama juga terjadi di sejumlah negara, disinyalir karena varian Delta.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyebut strain yang pertama kali dideteksi di India pada Desember 2020 ini kini menjadi strain yang mendominasi infeksi Covid-19 dunia, karena signifikansinya dalam hal kecepatan penularan.

Hal itu dikatakan oleh Kepala Ilmuwan WHO, Dr. Soumya Swaminathan, Jumat (18/6/2021), dikutip dari CNBC (18/6/2021).

Di Indonesia, berdasarkan data Kementerian Kesehatan (13/6/2021) kasus infeksi akibat varian Delta diketahui sudah mencapai angka 107 kasus dan tersebar di 6 provinsi.

Apa saja yang bisa kita ketahui dari varian yang satu ini?

Varian apa itu?

Varian Delta meruoakan salah satu varian yang dianggap mengkhawatirkan oleh WHO dan dilabeli sebagai Variant of Concern (VOC) pada 10 Mei 2021.

Mengutip Science Alert, Sabtu (19/6/2021), Delta diidentifikasi sebagai B.1.167.2, ia merupakan 1 dari 3 turunan B.1.167.

Pusat Pengendaljan dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, menyebut varian Delta pertama kali terdeteksi di India pada Desember 2020.

Hingga 16 Juni lalu, WHO mengonfirmasi varian Delta sudah menyebar setidaknya di 80 negara.

Apa bedanya dengan varian lain?

Penelitian menyebutkan, varian Delta 60 persen lebih mudah ditularkan atau ditransmisikan dibandingkan strain Alpha yang pertama teridentifikasi di Inggris.

Padahal, strain Alpha juga tergolong lebih mudah menular jika dibandingkan dengan strain asli dari corona baru yang ditemukan di Wuhan, China, pada akhir 2019.

Selain itu, Badan Kesehatan Publik Inggris (PHE) juga menyebut Delta menimbulkan risiko rawat inap hingga dua kali lipat dibandingkan Alpha.

Diberitakan CNN, 10 Juni 2021, data itu mereka peroleh dari proses analisis terhadap 38.805 kasus di wilayahnya.

Hasilnya, ditemukan bahwa mereka memiliki risiko 2,61 kali lebih tinggi untuk menjalani rawat inap dalam jangka waktu 14 hari.

Masihkah vaksin efektif?

Masih ada optimisme terkait kemampuan vaksin dalam mengatasi serangan varian Delta.

Data dari Skotlandia menunjukkan, vaksinasi yang menggunakan produk vaksin AstraZeneca atau Pfizer mampu mengurangi risiko rawat inap dan infeksi.

Meskipun, kemampuan ini ada di tingkat lebih rendah daripada kemampuan vaksin-vaksin tersebut ketika menghadapi varian Alpha.

Misalnya, untuk kemampuan melindungi seseorang dari terserang Covid-19 dengan gejala.

Kemampuan vaksin-vaksin itu menurun hingga 17 persen jika dibandingkan dengan kemampuannya menghadapi varian Alpha.

Gejala berbeda

Gejala terinfeksi varian Delta agak berbeda dengan gejala terinfeksi virus corona pada umumnya seperti sesak napas, batuk, dan kehilangan kemampuan penciuman.

Profesor epidemiologi genetik dari King's College London, Tim Spector mengungkapkan, kebanyakan penderita infeksi varian Delta menunjukkan gejala berupa sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, dan demam.

Sementara, gejala klasik Covid-19 kini tak lagi banyak dilaporkan terjadi.

Data itu didapatkannya dari aplikasi ZOE Covid Symptomps di mana masyarakat dapat memasukkan gejala Covid-19 yang mereka rasakan dan para peneliti dapat menjadikan data tersebut sebagai bahan analisis.

"Kami melihat gejala teratas dari pengguna aplikasi sejak awal Mei dan kebanyakan gejala tidak sama seperti sebelumnya. Gejala utamanya adalah sakit kepala, yang diikuti dengan sakit tenggorokan, pilek, dan demam," kata Spector.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/06/20/110600565/yang-diketahui-sejauh-ini-soal-virus-corona-varian-delta

Terkini Lainnya

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 1-2 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 1-2 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Sorotan Media Asing terhadap Kekalahan Indonesia Lawan Uzbekistan | Profil Shen Yinhao, Wasit yang Picu Kontroversi

[POPULER TREN] Sorotan Media Asing terhadap Kekalahan Indonesia Lawan Uzbekistan | Profil Shen Yinhao, Wasit yang Picu Kontroversi

Tren
Siapa Sukanto Tanoto yang Disebut-sebut Disiapkan Lahan Investasi di IKN?

Siapa Sukanto Tanoto yang Disebut-sebut Disiapkan Lahan Investasi di IKN?

Tren
Mengapa Artefak Indonesia Bisa Dicuri dan Diselundupkan?

Mengapa Artefak Indonesia Bisa Dicuri dan Diselundupkan?

Tren
55 Twibbon dan Ucapan Selamat Hari Pendidikan Nasional 2024

55 Twibbon dan Ucapan Selamat Hari Pendidikan Nasional 2024

Tren
Benarkah Tak Boleh Minum Teh Setelah Makan dan Saat Haid? Ini Penjelasan Ahli Gizi UGM

Benarkah Tak Boleh Minum Teh Setelah Makan dan Saat Haid? Ini Penjelasan Ahli Gizi UGM

Tren
Daftar Negara Peserta Olimpiade Paris 2024 Cabang Sepak Bola

Daftar Negara Peserta Olimpiade Paris 2024 Cabang Sepak Bola

Tren
Melihat Kekuatan Irak, Lawan Indonesia pada Perebutan Tempat Ketiga Piala Asia U23

Melihat Kekuatan Irak, Lawan Indonesia pada Perebutan Tempat Ketiga Piala Asia U23

Tren
8 Tim yang Lolos Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024, Siapa Saja?

8 Tim yang Lolos Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024, Siapa Saja?

Tren
20 Ucapan dan Twibbon Hari Buruh 1 Mei 2024

20 Ucapan dan Twibbon Hari Buruh 1 Mei 2024

Tren
Wasit VAR Sivakorn Pu-Udom dan Kontroversinya di Piala Asia U23 2024

Wasit VAR Sivakorn Pu-Udom dan Kontroversinya di Piala Asia U23 2024

Tren
Penjelasan PVMBG soal Gunung Ruang Kembali Meletus, Bisa Picu Tsunami

Penjelasan PVMBG soal Gunung Ruang Kembali Meletus, Bisa Picu Tsunami

Tren
100 Gerai KFC Malaysia Tutup di Tengah Aksi Boikot Produk Pro-Israel

100 Gerai KFC Malaysia Tutup di Tengah Aksi Boikot Produk Pro-Israel

Tren
5 Korupsi SYL di Kementan: Biaya Sunatan Cucu, Beli Mobil untuk Anak, hingga Bayar Biduan

5 Korupsi SYL di Kementan: Biaya Sunatan Cucu, Beli Mobil untuk Anak, hingga Bayar Biduan

Tren
Apa Itu Identitas Kependudukan Digital (IKD)? Berikut Tujuan dan Manfaatnya

Apa Itu Identitas Kependudukan Digital (IKD)? Berikut Tujuan dan Manfaatnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke