Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

WHO Izinkan Penggunaan Darurat untuk Vaksin Sinovac

Sinovac menjadi vaksin kedua China yang sudah memperoleh izin dari WHO. Sebelumnya WHO telah memberi persetujuan pada vaksin asal China Sinopharm.

Keputusan ini memberikan jaminan kepada negara, penyandang dana, lembaga pengadaan, dan masyarakat, bahwa vaksin telah memenuhi standar internasional untuk keamanan, kemanjuran, dan proses pembuatan vaksin.

Berdasarkan laporan AFP, vaksin Sinovac sudah dipakai di 22 negara dan wilayah di seluruh dunia. Selain China, negara-negara yang menggunakan vaksin virus corona ini antara lain Chile, Brasil, Meksiko, Thailand, Turki, dan Indonesia. "WHO hari ini memvalidasi vaksin Sinovac-CoronaVac Covid-19 untuk penggunaan darurat," bunyi pernyataan WHO dikutip dari AFP.

Selain itu Kelompok ahli Penasihat Strategis WHO terkait imunisasi (SAGE) juga menerbitkan saran tentang penggunaan vaksin Sinovac. Dalam rekomendasi WHO, Sinovac digunakan pada orang dewasa berusia 18 tahun ke atas dalam jadwal dua dosis dengan jarak 2-4 minggu.

“Hasil efikasi menunjukkan bahwa vaksin mencegah penyakit simtomatik pada 51 persen dari mereka yang divaksinasi, dan mencegah Covid-19 parah serta rawat inap pada 100 persen dari populasi yang diteliti,” bunyi pernyataan WHO.

Selain Sinovac dan Sinopharm, WHO juga telah memberi daftar penggunaan darurat untuk vaksin Pfizer-BioNTech, Moderna, Johnson & Johnson, dan AstraZeneca yang diproduksi di India, Korea Selatan, serta Uni Eropa dengan penghitungan terpisah.

Apa Pengaruh dari Izin WHO?

Lantas apa pengaruh dari izin penggunaan darurat dari WHO? Daftar vaksin yang sudah diizinkan penggunaannya oleh WHO tersebut memudahkan jalur pendistribusian vaksin untuk ke banyak negara.

Singkatnya, keputusan WHO itu membuka jalan bagi negara-negara di seluruh dunia untuk cepat menyetujui dan mengimpor vaksin yang didistribusikan, terutama negara-negara yang tidak memiliki regulator standar internasional sendiri.

Untuk diketahui, daftar penggunaan darurat (EUL) ditetapkan oleh WHO untuk vaksin Covid-19. EUL merupakan syarat untuk pasokan vaksin dari fasilitas Covax dan pengadaan vaksin secara internasional.

Apa itu Covax? Covax merupakan program bersama untuk penanggulangan Covid-19 melalui kolaborasi percepatan, penelitian, produksi, serta pendistribusian vaksin Covid-19. Melalui skema Covax, diharapkan adanya akses merata untuk perawatan dan distribusi vaksin Covid-19, terutama di negara-negara miskin.

Efikasi Sinovac

Kembali ke vaksin Sinovac. Vaksin produksi China ini memiliki efikasi vaksin mencapai 51 persen. Produk Sinovac-CoronaVac adalah vaksin jenis tak aktif, dengan persyaratan penyimpanan yang mudah, sehingga mudah dikelola dengan sumber daya yang minim.

Kelompok Ahli Penasihat Strategis WHO terkait Imunisasi sendiri telah menyelesaikan tinjauan terhadap vaksin Sinovac.

Hasil efikasi vaksin menunjukkan bahwa vaksin Sinovac mencegah penyakit simtomatik pada 51 persen dari mereka yang divaksinasi. Vaksin juga dapat mencegah dampak Covid-19 yang parah dan rawat inap dari 100 persen populasi yang diteliti.

Kemanjuran vaksin ini belum diketahui secara pasti bagi mereka yang berusia lebih dari 60 tahun.

Kendati demikian, WHO tidak menetapkan batas usia atas untuk vaksin, karena data penggunaan vaksin di berbagai negara dan imunogenisitas, memiliki kemungkinan efek perlindungan kepada lansia.

WHO merekomendasikan kepada negara-negara yang menggunakan vaksin pada kelompok usia tua untuk tetap memantau keamanan dan efektivitas vaksin.

(Penulis : Aditya Jaya Iswara | Editor : Aditya Jaya Iswara)

https://www.kompas.com/tren/read/2021/06/05/183000565/who-izinkan-penggunaan-darurat-untuk-vaksin-sinovac

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke