Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alami Badai Sitokin Setelah Sembuh Covid-19, Apa yang Perlu Diketahui?

Radiya menjalani perawatan di rumah sakit setelah positif Covid-19, kemudian ia dinyatakan sembuh, tetapi masih dirawat karena penyakit komorbid yang dideritanya.

Saat dirawat, Radit telah sempat diperbolehkan pulang. Namun, dokter menyatakan, Raditya mengalami kondisi badai sitokin yang menyebabkan dirinya mengalami hiper-inflamasi di seluruh tubuhnya.

Kondisi Radit  terus menurun hingga akhirnya dirawat kembali selama 3 hari dan meninggal dunia.

Apa itu badai sitokin? Mengapa pasien yang sembuh Covid-19 dapat mengalaminya? 

Mengutip New Scientist, badai sitokin merupakan reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh pada penyakit seperti Covid-19 maupun influenza.

Sitokin merupakan protein kecil yang dilepaskan banyak sel berbeda dalam tubuh termasuk pada sistem kekebalan yang mengoordinasikan respons tubuh untuk melawan infeksi dan memicu peradangan.

Istilah sitokin berasal dari kata Yunani yakni sel (cyto) dan gerakan (kinos).

Badai sitokin adalah komplikasi umum dari Covid-19 dan flu, tetapi juga pada penyakit pernapasan lain yang disebabkan oleh virus corona seperti SARS dan MERS.

Kondisi ini juga terkait dengan penyakit non-infeksi seperti multiple sclerosis dan pankreatitis.

Badai sitokin dikenal luas saat pandemi virus flu H5N1 pada tahun 2005, ketika kematian tinggi dikaitkan dengan respons sitokin yang tak terkendali.

Yang perlu diketahui soal badai sitokin

Sementara itu, dokter umum yang juga kandidat PhD bidang Medical Science di Kobe University, Adam Prabata, menjelaskan, definisi sederhana dari badai sitokin adalah reaksi imun berat di mana tubuh memproduksi dan melepaskan sitokin ke darah dengan sangat cepat dan banyak.

"Jadi nanti sesuai alurnya karena sitokin banyak, jadi respons sel imun juga akan jadi masif," ujar Adam saat dihubungi Kompas.com, Minggu (9/5/2021).

Karena banyaknya sitokin, kemudian timbul reaksi inflamasi hebat pada tubuh.

Adam memaparkan, menurut penelitian, sebanyak 29,4 persen pasien Covid-19 yang pernah dirawat inap dan sembuh akan menjalani rawat inap ulang dalam 5 bulan akibat Long Covid.

Hal ini bisa terjadi pada orang berusia kurang dari 70 tahun dengan risiko 4,6 kali lebih tinggi.

Sementara, pada orang berusia lebih dari 70 tahun, memiliki risiko 10,5 kali lebih tinggi.

Kondisi perburukan setelah seseorang dinyatakan sembuh dari Covid-19, maupun adanya gejala 'long covid', menurut Adam, bisa terjadi karena badai sitokin, atau akibat munculnya auto imun pada pasien Covid-19 yang terbentuk autoantibodi pada tubuhnya.

Terkait badai sitokin, kondisi ini bisa terjadi pada penderita Covid-19 baik yang sedang rawat inap, maupun yang sudah sembuh.

Untuk menghindari kondisi memburuk setelah seseorang dinyatakan sembuh dari Covid-19, Adam mengingatkan, agar tetap waspada meski telah dinyatakan sembuh.  

"Konsultasi ke fasilitas kesehatan terdekat bila gejala tidak membaik atau bahkan memburuk," ujar dia.

Hubungi fasilitas kesehatan jika mengalami kondisi seperti ini:

https://www.kompas.com/tren/read/2021/05/09/102500765/alami-badai-sitokin-setelah-sembuh-covid-19-apa-yang-perlu-diketahui-

Terkini Lainnya

Pelaku Penyelundupan Orang Bermodus Iklan Lowker via TikTok Ditangkap di Surabaya, Ini Kronologinya

Pelaku Penyelundupan Orang Bermodus Iklan Lowker via TikTok Ditangkap di Surabaya, Ini Kronologinya

Tren
Apa yang Akan Terjadi Saat Berjalan Kaki 10.000 Langkah per Hari Selama Sebulan?

Apa yang Akan Terjadi Saat Berjalan Kaki 10.000 Langkah per Hari Selama Sebulan?

Tren
3 Manfaat Mengonsumsi Madu dan Teh Hijau, Baik bagi Penderita Diabetes

3 Manfaat Mengonsumsi Madu dan Teh Hijau, Baik bagi Penderita Diabetes

Tren
BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 18-19 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 18-19 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Wilayah Berpotensi Hujan Lebat 17-18 Mei 2024 | Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

[POPULER TREN] Wilayah Berpotensi Hujan Lebat 17-18 Mei 2024 | Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

Tren
Kondisi Geografis Mahakam Ulu, Tetangga IKN yang Dikepung Sungai dan Kini Darurat Banjir

Kondisi Geografis Mahakam Ulu, Tetangga IKN yang Dikepung Sungai dan Kini Darurat Banjir

Tren
Pesona Air Terjun

Pesona Air Terjun

Tren
Update Banjir Mahakam Ulu, Ratusan Orang Masih Mengungsi

Update Banjir Mahakam Ulu, Ratusan Orang Masih Mengungsi

Tren
Ribka Sugiarto Mundur dari Pelatnas, Kekasih Ungkap Alasannya

Ribka Sugiarto Mundur dari Pelatnas, Kekasih Ungkap Alasannya

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Bagaimana Cara Orang Mesir Kuno Membangun Piramida

Ilmuwan Akhirnya Tahu Bagaimana Cara Orang Mesir Kuno Membangun Piramida

Tren
Ada Aturan Baru KRIS, Apakah Perawatan ICU Ditanggung BPJS Kesehatan?

Ada Aturan Baru KRIS, Apakah Perawatan ICU Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Jemaah Tolong Jemaah, Kisah Manis Persaudaraan di Madinah

Jemaah Tolong Jemaah, Kisah Manis Persaudaraan di Madinah

Tren
Kata BWF soal Keputusan Kevin Sanjaya Pensiun dari Bulu Tangkis

Kata BWF soal Keputusan Kevin Sanjaya Pensiun dari Bulu Tangkis

Tren
Seorang Pria yang Diduga Terafiliasi Jemaah Islamiyah Serang Kantor Polisi Malaysia, 2 Petugas Meninggal Dunia

Seorang Pria yang Diduga Terafiliasi Jemaah Islamiyah Serang Kantor Polisi Malaysia, 2 Petugas Meninggal Dunia

Tren
Cara Menaikkan Trombosit bagi Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD)

Cara Menaikkan Trombosit bagi Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD)

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke