Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Duka Peternak di Denmark, Relakan 15 Juta Cerpelai Dimusnahkan karena Covid-19...

Kebijakan itu dikeluarkan setelah cerpelai diketahui bisa menularkan virus corona pada manusia.

Mengutip Associated Press, Jumat (6/11/2020), setidaknya ada lebih dari 15 juta ekor cerpelai di Denmark harus dimusnahkan demi meminimalisasi risiko penularan virus.

Atas pemusnahan ini, pemerintah berjanji memberikan kompensasi bagi peternak cerpelai.

Pemerintah menyebutkan, mutasi virus corona ditemukan pada 12 orang yang terinfeksi melalui binatang cerpelai.

Duka peternak

Salah satu peternak cerpelai, Frank Andersen, mengatakan, profesi sebagai peternak cerpelai mungkin sudah tidak akan ada lagi pada masa yang akan datang.

"Saya kira tidak ada profesi ternak cerpelai di masa depan. Saya berharap pemerintah memiliki bukti atas klaim mereka, dan membuktikan bahwa itu adalah keputusan yang tepat," kata Andersen.

Selama 15 tahun terakhir, Andersen bersama sang ayah sudah mendirikan peternakan cerpelai di Hjoerring, Denmark utara.

Saat ini, mereka memiliki sekitar 15.000 ekor dan semuanya harus mereka relakan.

Peternak lain di Denmark, Jesper Christensen, menyebutkan, hingga kini para peternak masih harus menunggu bentuk kompensasi seperti apa yang dijanjikan oleh pemerintah kepada mereka.

Seperti Andersen, Christensen juga memiliki sekitar 15.000 cerpelai di peternakannya yang terletak di Esbjerg, barat daya Denmark.

“Kami juga menanam beberapa jenis tanaman dan mungkin kami bisa bertahan hidup dari itu,” kata dia.

Kisah serupa juga dialami oleh peternak bernama John Papsø.

Mengutip The Guardian , Jumat (6/11/2020), ia mengaku sangat terpukul atas kebijakan pemusnahan cerpelai ini.

Tidak punya pilihan, ia harus membunuh lebih dari 30.000 ekor cerpelai di peternakannya dalam waktu 10 hari.

"Ini mengerikan. Saya bahkan tidak yakin apakah saya sadar betapa berat konsekuensinya bagi Kami. Kami terguncang. Saya bangun jam 4 pagi karena tidak bisa tidur. Saya mondar-mandir, dan saya menangis. Benar-benar mengejutkan," kata Papsø.

Papsø mengatakan, meski berat, ini adalah satu-satunya jalan yang harus ia tempuh agar terhindar dari kesulitan lainnya.

"Jika kami tidak memusnahkannya, pemerintah akan mengirim polisi atau bahkan militer, kami telah diberi tahu sebelumnya," ujar laki-laki yang sudah menggeluti beternak cerpelai selama 30 tahun terakhir.

Ia menjelaskan, betapa hancur bisnis bulu cerpelai yang selama ini sudah menopang hidupnya.

Semua itu karena Covid-19.

"Bisnis kami hancur sekarang. Kondisi sebelumnya sudah buruk, karena 90 persen konsumen berasal dari China. Banyak dari mereka pergi ke sini untuk membeli bulunya (sebelum pandemi). Mereka tidak dapat melakukan itu ketika Covid-19 menyerang, dan sekarang ini (kewajiban memusnahkan cerpelai),” jelas Papsø.

Mengingat skala pemusnahan nasional Denmark, yang mencakup stok pengembangbiakan, mungkin perlu waktu lama sebelum produsen bulu berpikir lebih jauh.

Meskipun sejauh ini tidak ada larangan resmi yang diberlakukan, pada hari Rabu sebuah pernyataan dari polisi Denmark menyebutkan bahwa tidak ada cerpelai yang diizinkan di kandang pada tahun 2021.

Selama ini, Denmark dikenal sebagai salah satu negara pengekspor cerpelai terbesar di dunia. Negara tujuan ekspornya terutama adalah China dan Hong Kong.

Namun, beberapa hari yang lalu pemerintah telah  menginstruksikan untuk memusnahkan semua cerpelai dan melarang adanya binatang tersebut di kandang-kandang peternakan di tahun 2021.

"Saya dapat mengatakan 99 persen yakin bahwa industri di masa depan tidak akan kembali dari ini (beternak cerpelai)," kata Papso.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/11/08/170300165/duka-peternak-di-denmark-relakan-15-juta-cerpelai-dimusnahkan-karena-covid

Terkini Lainnya

Terima Kasih, Prof. Salim Said

Terima Kasih, Prof. Salim Said

Tren
10 Aktivitas yang Dapat Meningkatkan Stamina, Mudah Dilakukan

10 Aktivitas yang Dapat Meningkatkan Stamina, Mudah Dilakukan

Tren
Bukan Segitiga Bermuda, Ini Jalur Laut Paling Berbahaya di Dunia

Bukan Segitiga Bermuda, Ini Jalur Laut Paling Berbahaya di Dunia

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Fosfor, Sehatkan Tulang tapi Perlu Dibatasi Penderita Gangguan Ginjal

7 Pilihan Ikan Tinggi Fosfor, Sehatkan Tulang tapi Perlu Dibatasi Penderita Gangguan Ginjal

Tren
Film Vina dan Fenomena 'Crimetainment'

Film Vina dan Fenomena "Crimetainment"

Tren
5 Efek Samping Minum Kopi Susu Saat Perut Kosong di Pagi Hari

5 Efek Samping Minum Kopi Susu Saat Perut Kosong di Pagi Hari

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 24-25 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pencairan Jaminan Pensiun Sebelum Waktunya | Prakiraan Cuaca BMKG 24-25 Mei

[POPULER TREN] Pencairan Jaminan Pensiun Sebelum Waktunya | Prakiraan Cuaca BMKG 24-25 Mei

Tren
Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke