Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Peneliti Lakukan Studi Terkait Varian Gen Pengaruhi Tingkat Infeksi Corona

KOMPAS.com - Sudah 10 bulan, sejak kasus pertama diidentifikasi di Wuhan, China, pandemi virus corona di dunia masih terus berlangsung.

Hingga kini, masih ada banyak hal yang belum diketahui tentang infeksi virus tersebut.

Beberapa orang dapat mengalami gejala ringan dan sembuh dari Covid-19. Sedangkan, sejumlah orang lainnya mengalami gejala berat hingga meninggal.

Ada sejumlah pendapat yang disebut mempengaruhi perbedaan kondisi ini, mulai dari berat badan yang lebih hingga riwayat penyakit tertentu yang dimiliki.

Baru-baru ini, para peneliti menduga perbedaan genetik tertentu dapat menyebabkan perbedaan kondisi seseorang saat terinfeksi Covid-19.

Penelusuran DNA

Melansir The Guardian, Minggu (1/11/2020), perbedaan tingkat keparahan infeksi virus corona terkait DNA tersebut tengah ditelusuri para peneliti.

Peneliti meyakini penelusuran tersebut dapat menjadi jalan untuk mengembangkan obat baru dalam mencegah berbagai dampak buruk dari virus corona.

Studi yang dilakukan juga termasuk penelitian yang mengidentifikasi interferon yang berperan penting dalam pertahanan tubuh. 

Adapun, uji coba yang menggunakan intereron sebagai pengobatan Covid-19 juga tengah dilakukan beberapa pihak.

Selain itu, penelitian juga difokuskan pada sebuah gen yang dikenal sebagai TYK2.

Beberapa varian dari gen ini disebut memicu beberapa penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis (RA) dan menjadi salah satu faktor yang dapat memperparah infeksi Covid-19.

Sebuah obat yang dikembangkan untuk RA, yaitu baricitinib, memiliki denominator genetik yang sama dengan Covid-19.

Oleh karena itu, obat ini digunakan dalam uji coba klinis terhadap virus corona.

Bulan lalu, perusahaan farmasi Eli Lilly yang melakukan uji coba terhadap obat ini. Mereka mengumumkan hasil awal yang menunjukkan obat dapat membantu pasien Covid-19 untuk pulih.

Menurut ahli, studi tentang gen ini penting dilakukan untuk memahami dampak dari varian gen dalam tubuh.

Penelitian tersebut pun dapat dijadikan pedoman untuk menemukan obat yang dapat mencegah infeksi yang lebih parah dan membantu pasien.

"Kabar buruknya adalah, butuh waktu bertahun-tahun untuk melakukan eskperimen dan menemukan pengobatan yang tepat. Kabar baiknya, kemungkinan ada banyak peneliti yang tengah meneliti hal ini sehingga dapat mempercepat waktu penelitian," kata Jeffrey Barrett dari program surveilans genom Wellcome Sanger Institute.

Penelitian lain

Selain itu, sejumlah penelitian juga mengungkapkan cara-cara lain penggunaan studi genetik untuk melawan Covid-19.

Dr Dipender Gill dari Imperial College London dan koleganya menggunakan data genetik untuk memprediksi bagaimana intervensi yang berbeda dapat berdampak pada reaksi penyakit.

"Kami melihat lima faktor yang berkaitan dengan peningkatan risiko yang lebih parah saat terinfeksi Covid-19, yaitu obesitas, tekanan darah tinggi, kolesterol, kebiasaan merokok, dan diabetes," jelasnya.

Kemudian, dilihat apakah faktor-faktor ini dapat dijadikan pedoman untuk menemukan cara menurunkan risiko infeksi agar tidak menjadi lebih parah.

"Kami menemukan adanya hubungan antara obesitas danr isiko reaksi Covid-19 yang lebih parah. Kami juga menemukan efek yang sama pada kebiasaan merokok," ungkap Gill.

Temuan ini mengindikasikan bahwa mengurangi berat badan dan tidak merokok akan memiliki dampak langsung dalam memperbaiki kesempatan bertahan dari Covid-19.

"Kekuatan studi genetik adalah seperti ini," ujarnya. 

https://www.kompas.com/tren/read/2020/11/03/190100765/peneliti-lakukan-studi-terkait-varian-gen-pengaruhi-tingkat-infeksi-corona

Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke