Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

WHO: Penundaan Uji Coba Vaksin Covid-19 AstraZeneca Menjadi Suatu "Peringatan"

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan respons terkait keputusan AstraZeneca yang menunda uji coba fase tiga dari vaksin Covid-19 yang dikembangkannya.

WHO menyampaikan, penundaan uji coba fase tiga vaksin Covid-19 eksperimental untuk alasan keamanan merupakan pengingat bahwa pengembangan vaksin tak selalu cepat dan berjalan lurus.

Perusahaan AstraZeneca yang bekerja sama dengan Universitas Oxford menahan pengujian tahap tiga pada manusia karena salah satu peserta mengalami gejala neurologis.

Menurut pihak perusahaan, penundaan ini menjadi tindakan yang selalu dilakukan ketika terdapat penyakit yang tidak dapat dijelaskan dan tengah diselidiki.

Chief Scientist WHO Dr Soumya Swaminathan menambahkan, tidak perlu terlalu berkecil hati dan putus asa. Hal-hal seperti ini dapat terjadi dalam pengembangan vaksin.

"Ini adalah seruan untuk menyadari bahwa ada pasang surut dalam perkembangan klinis dan kita harus bersiap. Tidak perlu putus asa. Hal ini terjadi," ujar Swaminathan seperti dikutip dari Reuters, Kamis (10/9/2020),

Disebut paling menjanjikan

Sejauh ini, vaksin yang dikembangkan AstraZeneca dan Universitas Oxford menjadi yang paling menjanjikan di antara lainnya.

Melansir CNBC Internasional, Swaminathan menambahkan, keamanan menjadi hal utama dan yang terpenting dalam uji klinis apa pun.

"Kalau efek sampingnya ringan, ada yang harus dilakukan. Jika besar seperti dalam kasus ini, itu kejadian yang parah, dan karena itu dihentikan. Ini prosedur yang normal. Ini adalah praktik klinis yang baik karena keamanan adalah prioritas tertinggi dalam uji klinis apa pun," kata dia.


Kendati demikian, WHO berharap uji vaksin segera dilanjutkan.

Tetapi kelanjutan uji coba harus menunggu informasi lebih banyak yang diberikan oleh badan pemantauan keamanan.

"Menurut saya ini bagus. Mungkin peringatan atau pelajaran bagi semua orang untuk menyadari fakta bahwa ada pasang surut dalam penelitian. Ada pasang surut dalam perkembangan klinis dan kita harus bersiap untuk itu," ujar Swainathan.

Vaksin AstraZeneca

Vaksin yang dikembangkan AstraZeneca menjadi satu dari tiga kandidat vaksin yang memasuki uji klinis tahap akhir pada manusia selain Pfizer dan Moderna, yang telah memulai uji coba pada akhir Juli.

Chief Executive Officet AstraZeneca Pascal Soriot menuturkan, perusahaannya masih belum memastikan keefektifan vaksin melawan virus corona, hasilnya terlihat pada akhir tahun ini.

WHO telah mengidentifikasi lebih dari 160 kandidat vaksin yang tengah dikembangkan dengan hampir 30 di antaranya dalam fase percobaan manusia.

Swaminathan mengatakan, pemberian vaksin biasanya membutuhkan waktu minimal enam bulan sebelum para peneliti mulai melihat hasil dari uji coba tahap akhir pada manusia.


Sejak beberapa uji coba dimulai pada Juli, hasil sementara sangat mungkin vaksin dapat selesai akhir tahun, meski akan membutuhkan waktu lebih lama untuk memeriksa hasil dan lisensi vaksin.

"Bisa jadi kami melihat beberapa hasil akhir tahun, bisa jadi awal tahun depan, tapi itulan kerangka waktu kami mulai melihat hasilnya. Saat ini tidak ada cara untuk memprediksi mana yang akan efektif," lanjut Swaminathan.

Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO Dr Mike Ryan menegaskan, menemukan dan menyetujui vaksin Covid-19 bukanlah perlombaan antar perusahaan dan tidaklah perlombaan antar negara.

"Ini berpacu dengan waktu, berpacu dengan virus, berpacu untuk menyelamatkan nyawa," kata Mike.

"Tapi jangan bertaruh pada apa pun sampai kita mencapai akhir balapan ini," imbuh dia.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/11/100500165/who--penundaan-uji-coba-vaksin-covid-19-astrazeneca-menjadi-suatu

Terkini Lainnya

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Tren
10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

Tren
Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Tren
Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Tren
Federasi Sepak Bola Korea Selatan Minta Maaf Usai Negaranya Gagal ke Olimpade Paris

Federasi Sepak Bola Korea Selatan Minta Maaf Usai Negaranya Gagal ke Olimpade Paris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke