Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Singkat Fatmawati, Penjahit Sang Saka Merah Putih

Kompas.com - 07/04/2024, 09:00 WIB
Ini Tanjung Tani,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Pertemuan tersebut terjadi saat Soekarno ketika diasingkan ke Bengkulu dan dikunjungi oleh orang tua Fatmawati.

Hassan Din mengajak Fatmawati bertemu dengan Soekarno, yang berada di rumah pengasingan bersama istri keduanya, Inggit Ganarsih, dan anak angkat mereka, Ratna Djuami.

Sejak itulah, Fatmawati dan Soekarno menjadi sering bertemu. Kecerdasan berpikir, bekal sosial, dan kemampuannya berdiskusi Fatmawati mampu memikat Soekarno, yang kemudian memberikan julukan "Sang Merpati dari Bengkulu".

Baca juga: Kisah Cinta Soekarno dan Inggit Garnasih

Dengan bantuan Soekarno pula, Fatmawati dapat melanjutkan ke RK Vakschool Maria Purrisima, sekolah kejuruan yang berada di bawah naungan organisasi Katolik, bersama Ratna Djuami.

Fatmawati kemudian tinggal bersama keluarga Soekarno di rumah pengasingan, karena jarak rumah dan sekolahnya terbilang jauh.

Dua tahun kemudian, Soekarno menyatakan cintanya secara langsung kepada Fatmawati dan ingin meminangnya.

Namun, orang tua Fatmawati tidak menyetujui, dengan pertimbangan Soekarno masih memiliki seorang istri.

Setelah Inggit Ganarsih diceraikan, Fatmawati dan Soekarno menikah pada Juli 1943.

Tidak lama kemudian, Fatmawati beserta kedua orang tuanya diboyong ke Jakarta dan tinggal di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.

Baca juga: Mengenal Istri-istri Soekarno

Peran Ibu Fatmawati dalam kemerdekaan Indonesia

Fatmawati menikah dengan Soekarno pada masa pendudukan Jepang di Indonesia.

Selama mendampingi Soekarno sebagai istri, Fatmawati memiliki jasa yang begitu besar bagi bangsa, salah satunya menjahit bendera Merah Putih.

Setahun setelah Fatmawati dan Soekarno menikah, Jepang menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia.

Jepang juga mengizinkan untuk mengibarkan bendera Indonesia. Mengetahui hal tersebut, terbesit sebuah ide di benak Fatmawati bahwa perlu adanya bendera merah putih untuk dikibarkan.

Fatmawati pun mencoba mencari cara untuk bisa mendapatkan kain merah dan putih. Pemerintah Jepang kemudian menunjuk seorang ahli propaganda, Shimizu, untuk mencarikan kain itu.

Shimizu berusaha mendapatkan kain itu lewat seorang petinggi Jepang, kepala gudang di Pintu Air di depan eks Bioskop Capitol.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com