Genosida di Kamboja yang dipimpin oleh Pol Pot, dimulai dengan pembunuhan terhadap ribuan perwira militer dan pemindahan paksa penduduk ibu kota, Phnom Penh, ke area pedesaan.
Di bawah todongan senjata, mereka dipaksa pindah ke pedesaan untuk menjalankan program pertanian.
Ratusan ribu pekerja tersebut berakhir meninggal karena beban kerja yang terlalu berat, penyakit, kelaparan, hingga akibat penganiayaan yang dilakukan oleh para penjaga yang mengawasi area kamp.
Di samping itu, rezim Khmer Merah juga secara sengaja mengeksekusi ratusan ribu orang yang dianggap sebagai musuh negara.
Orang-orang yang dianggap sebagai musuh negara umumnya adalah loyalis dari rezim sebelumnya, aktivis, etnis minoritas, hingga kelompok intelektual.
Baca juga: Operasi Menu, Saat AS Bombardir Kamboja dengan 110.000 Ton Bom
Tidak hanya dokter, pengacara, dan guru, konon, ada yang dieksekusi hanya karena terlihat pintar, misalnya berkacamata atau bisa berbahasa asing.
Sedangkan kelompok minoritas yang menjadi target adalah etnis Tionghoa, Vietnam, dan Muslim Cham.
Mereka yang dianggap sebagai musuh negara menjadi sasaran penganiayaan, pemenjaraan, penyiksaan, dan pembunuhan oleh rezim Khmer Merah.
Tidak diketahui pasti berapa jumlah keseluruhan korban Genosida Kamboja. Kisaran korban dari kebijakan Pol Pot diperkirakan antara 1,7 juta hingga 3 juta orang.
Setelah hampir empat tahun berkuasa, rezim brutal Khmer Merah digulingkan oleh Vietnam, yang menginvasi Kamboja pada Desember 1978.
Pada 7 Januari 1979, Vietnam merebut Phnom Penh dan memaksa Pol Pot melarikan diri kembali ke daerah terpencil, di mana ia melanjutkan operasi gerilya.
Baca juga: Mengapa Laos dan Kamboja Terlibat dalam Perang Vietnam 1970?
Sepanjang tahun 1980-an, misi gerilya Khmer Merah yang dipimpin Pol Pot menerima senjata dari Tiongkok dan dukungan politik dari Amerika Serikat, yang menentang pendudukan Vietnam di Kamboja.
Namun, pengaruh Khmer Merah mulai berkurang setelah perjanjian gencatan senjata pada 1991.
Sejak kabur dari ibu kota, Pol Pot tinggal di pedesaan Kamboja hingga 1997, saat ia ditangkap oleh kelompok sempalan Khmer Merah.
Pol Pot kemudian dijadikan tahanan rumah dan meninggal dalam tidurnya pada 15 April 1998, akibat gagal jantung.
Pada Januari 2001, Pemerintah Kamboja membentuk Pengadilan Khmer Merah untuk mengadili kepemimpinan Khmer Merah atas kejahatan kemanusiaan yang dilakukan semasa rezimnya berkuasa.
Namun, pengadilan yang didukung PBB pun hanya memvonis segelintir pemimpin Khmer Merah atas kejahatan Genosida Kamboja yang dijalankan di bawah pimpinan Pol Pot.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.