Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pol Pot, Pemimpin Genosida Kamboja

Kompas.com - 06/03/2024, 22:00 WIB
Ini Tanjung Tani,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pol Pot adalah seorang diktator Kamboja, yang juga dikenal sebagai pemimpin Khmer Merah.

Khmer Merah atau Khmer Rouge adalah sebuah gerakan militer berideologi komunis di Kamboja.

Bersama rezim Khmer Merah, Pol Pot memerintah sebagai Perdana Menteri Kamboja pada periode 1975 hingga 1979.

Kebijakan yang diambil Pol Pot saat berkuasa bersifat otokratis, totaliter, xenofobia, dan represif.

Rezim Pol Pot bahkan melakukan pembunuhan sistematis terhadap rakyat, yang kemudian dikenal sebagai peristiwa Genosida Kamboja.

Berikut ini biografi singkat Pol Pot.

Baca juga: Sejarah Kelam Genosida Kamboja

Anak petani sukses

Pol Pot memiliki nama asli Saloth Sar. Ia lahir pada 19 Mei 1925, di Prek Sbauv, yang terletak sekitar 100 mil sebelah utara ibu kota Kamboja, Phnom Penh.

Pol pot merupakan putra petani sukses di Kamboja, yang saat itu masih dikuasai Perancis.

Di usia 9 tahun, Pol Pot dikirim ke Phnom Penh untuk mengejar pendidikannya. Ia belajar dengan kurikulum Perancis.

Pol Pot dididik di beberapa sekolah paling elit di Kamboja. Pendidikannya di Kamboja berlanjut hingga tahun 1949.

Pada 1949, Pol Pot mendapatkan beasiswa ke Perancis untuk belajar tentang teknologi radio.

Baca juga: Penyebab Perang Kamboja-Vietnam

Aktif dalam lingkungan komunis

Selama di Paris, Pol Pot mulai aktif di lingkungan komunis. Ia bahkan bergabung dengan kelompok pemuda sayap kiri Kamboja dan menjadi anggota Partai Komunis Perancis.

Pada perkembangannya, Pol Pot lebih sering menghabiskan waktu untuk kegiatan revolusioner daripada menyelesaikan studinya.

Akibatnya, ia gagal dalam ujian dan beasiswa yang diberikan terpaksa dihentikan.

Setelah beasiswanya dicabut, Pol Pot pulang ke Phnom Penh pada Januari 1953, ketika seluruh rakyat memberontak melawan pemerintahan kolonial Perancis.

Kamboja secara resmi memperoleh kemerdekaannya dari Perancis pada akhir 1953.

Dari tahun 1956 hingga 1963, Pol Pot mengajar sejarah, geografi, dan sastra Perancis di sekolah swasta, sekaligus merencanakan revolusi.

Pol Pot juga bergabung dengan Partai Revolusioner Rakyat Khmer (KPRP) proto-komunis, yang didirikan pada 1951 di bawah naungan Vietnam Utara.

Pada 1963, setelah adanya tindakan keras terhadap aktivitas komunis, Pol Pot dan para tokoh partai lainnya meninggalkan Phnom Penh dan berpindah jauh ke pedesaan di utara Kamboja.

Segera setelah itu, Pol Pot menjadi anggota gerakan komunis Kamboja, Khmer Merah, dan menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Kamboja.

Baca juga: Khmer Merah, Rezim Komunis yang Menguasai Kamboja

Khmer Merah dan Genosida Kamboja

Khmer Merah awalnya terbentuk dari Partai Revolusioner Rakyat Khmer yang dikendalikan di bawah pimpinan Viet Minh Vietnam pada 1951.

Pada 1970, meletus perang saudara di Kamboja, yang berlangsung hingga lima tahun lamanya.

Selama itu, pasukan Khmer Merah mengusai wilayah pedesaan di Kamboja dan akhirnya memenangkan perang saudara.

Khmer Merah menguasai Phnom Penh dan pemerintah Kamboja digulingkan pada 17 April 1975.

Pol Pot, selaku pemimpin militer Khmer Merah, diangkat menjadi kepala pemerintahan yang baru. Tidak lama setelah itu, kekejaman Pol Pot dimulai.

Rezim Khmer Merah memiliki visi menciptakan negara agraris bergaya komunis yang "murni".

Cita-cita rezim Khmer Merah itulah yang menjadi penyebab terjadinya genosida di Kamboja.

Pol Pot mengisolasi negaranya dari komunitas global. Mata uang, harta pribadi, agama, semua dihapus dan dilarang oleh rezim Khmer Merah.

Baca juga: Suku Khmer, Penduduk Asli Kamboja

Menurut Pol Pot, rakyat Kamboja telah dirusak oleh pengaruh luar, khususnya oleh Vietnam dan negara Barat.

Untuk menciptakan ras "murni" Kamboja, orang-orang yang telah terkena pengaruh luar atau membangkang terhadap rezim Khmer Merah, harus dimusnahkan.

Genosida di Kamboja yang dipimpin oleh Pol Pot, dimulai dengan pembunuhan terhadap ribuan perwira militer dan pemindahan paksa penduduk ibu kota, Phnom Penh, ke area pedesaan.

Di bawah todongan senjata, mereka dipaksa pindah ke pedesaan untuk menjalankan program pertanian.

Ratusan ribu pekerja tersebut berakhir meninggal karena beban kerja yang terlalu berat, penyakit, kelaparan, hingga akibat penganiayaan yang dilakukan oleh para penjaga yang mengawasi area kamp.

Di samping itu, rezim Khmer Merah juga secara sengaja mengeksekusi ratusan ribu orang yang dianggap sebagai musuh negara.

Orang-orang yang dianggap sebagai musuh negara umumnya adalah loyalis dari rezim sebelumnya, aktivis, etnis minoritas, hingga kelompok intelektual.

Baca juga: Operasi Menu, Saat AS Bombardir Kamboja dengan 110.000 Ton Bom

Tidak hanya dokter, pengacara, dan guru, konon, ada yang dieksekusi hanya karena terlihat pintar, misalnya berkacamata atau bisa berbahasa asing.

Sedangkan kelompok minoritas yang menjadi target adalah etnis Tionghoa, Vietnam, dan Muslim Cham.

Mereka yang dianggap sebagai musuh negara menjadi sasaran penganiayaan, pemenjaraan, penyiksaan, dan pembunuhan oleh rezim Khmer Merah.

Tidak diketahui pasti berapa jumlah keseluruhan korban Genosida Kamboja. Kisaran korban dari kebijakan Pol Pot diperkirakan antara 1,7 juta hingga 3 juta orang.

Setelah hampir empat tahun berkuasa, rezim brutal Khmer Merah digulingkan oleh Vietnam, yang menginvasi Kamboja pada Desember 1978.

Pada 7 Januari 1979, Vietnam merebut Phnom Penh dan memaksa Pol Pot melarikan diri kembali ke daerah terpencil, di mana ia melanjutkan operasi gerilya.

Baca juga: Mengapa Laos dan Kamboja Terlibat dalam Perang Vietnam 1970?

Kematian Pol Pot

Sepanjang tahun 1980-an, misi gerilya Khmer Merah yang dipimpin Pol Pot menerima senjata dari Tiongkok dan dukungan politik dari Amerika Serikat, yang menentang pendudukan Vietnam di Kamboja.

Namun, pengaruh Khmer Merah mulai berkurang setelah perjanjian gencatan senjata pada 1991.

Sejak kabur dari ibu kota, Pol Pot tinggal di pedesaan Kamboja hingga 1997, saat ia ditangkap oleh kelompok sempalan Khmer Merah.

Pol Pot kemudian dijadikan tahanan rumah dan meninggal dalam tidurnya pada 15 April 1998, akibat gagal jantung.

Pada Januari 2001, Pemerintah Kamboja membentuk Pengadilan Khmer Merah untuk mengadili kepemimpinan Khmer Merah atas kejahatan kemanusiaan yang dilakukan semasa rezimnya berkuasa.

Namun, pengadilan yang didukung PBB pun hanya memvonis segelintir pemimpin Khmer Merah atas kejahatan Genosida Kamboja yang dijalankan di bawah pimpinan Pol Pot.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Stori
Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Stori
Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Stori
Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com