Bangunan-bangunan tersebut kemudian dijadikan sebagai peninggalan sejarah Islam yang sangat bernilai.
Dinasti Thuluniyah mencatat berbagai prestasi lain, seperti memperbaiki nilometer (alat pengukur air) di Pulau Raufah yang sangat membantu dalam proses peningkatan hasil produksi pertanian rakyat Mesir.
Dinasti ini juga berhasil membawa Mesir pada kemajuan, sehingga menjadi pusat kebudayaan Islam yang dikunjungi para ilmuwan dari seluruh penjuru dunia.
Sepeninggal Khumarawaih, situasi memanas setelah Abu Asakir al-Jaisy naik takhta menggantikan ayahnya.
Situasi memanas karena insiden pembunuhan yang dilakukan Abu Asakir al-Jaisy terhadap pamannya, yaitu Mudhar ibnu Ahmad ibnu Thulun.
Hal inilah yang memicu gencarnya perlawanan para fuqaha dan qadhi sehingga pada akhirnya posisi amir Jaisy dibatalkan.
Kemudian, Abu Musa Harun diangkat menjadi amir yang baru dalam usia yang realtif belia, yaitu 14 tahun.
Hal ini menyebabkan Harun kurang cakap dalam mengendalikan emosi.
Baca juga: 3 Dinasti Besar Peradaban Islam
Sementara itu, di Syam, terjadi kegagalan dalam menghentikan pemberontakan yang dilakukan oleh Qaramithah.
Segera setelah Harun kalah, kepemimpinannya diambil alih Khalifah Syaiban bin Thulun.
Namun, pertahanan Dinasti Thuluniyah semakin rapuhnya sehingga dinasti ini harus berakhir pada 38 tahun sejak kemunculannya.
Dinasti Thuluniyah hancur setelah dikalahkan pasukan Dinasti Abbasiyah di era khalifah al-Muktafi.
Referensi: