Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catatan Kolonial Swedia, dari Dunia Baru hingga Tanah Sámi

Kompas.com - 06/01/2024, 22:00 WIB
Rebeca Bernike Etania,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kekaisaran Swedia mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-17 dan awal abad ke-18.

Meskipun Swedia tidak sering dikaitkan dengan kolonialisme, kenyataannya banyak warga negara itu yang terlibat dalam berbagai upaya kolonial.

Contohnya, mereka mencoba membentuk koloni di Swedish Gold Coast di Afrika Barat (1649-1663), berhasil mengkolonialisasi Delaware, Amerika Serikat (1638-1655), dan memperoleh kepemilikan Pulau Saint Barthélemy di Karibia (1784-1878).

Pada periode yang sama, Swedia mulai menguasai lebih banyak wilayah dan mengendalikan orang Sámi di Provinsi Lapland.

Dalam sejarahnya, Swedia juga berhasil menguasai sebagian besar pantai Laut Baltik.

Hal tersebut membuat Swedia diakui sebagai satu-satunya negara Nordik yang memiliki kekuatan besar. Berikut pembahasannya:

Baca juga: Turkiye Akan Restui Swedia Gabung NATO dalam Beberapa Minggu

Puncak kejayaan Swedia

Zaman Kekuasaan Besar Swedia dimulai pada 1611, ketika Raja Gustav Adolf II memerintah.

Gustav Adolf merupakan salah satu panglima militer dalam sejarah modern yang mendapat penghormatan dari tokoh-tokoh militer terkemuka, seperti Clausewitz hingga Napoleon Bonaparte.

Selama masa pemerintahan Gustav Adolf, Swedia mengalami transformasi signifikan, dari posisi awalnya sebagai kekuatan regional di wilayah Baltik menjadi salah satu Kekuatan Besar dengan pengaruh dan kehadiran lebih luas di seluruh Eropa.

Kekaisaran Swedia mencapai dominasi luas di sekitar Laut Baltik yang melibatkan wilayah-wilayah seperti Finlandia, sebagian dari Rusia, Lituania, Estonia, Polandia, Jerman, dan Norwegia.

Hal ini mencerminkan periode ekspansi besar-besaran kekuasaan Swedia di Eropa Utara.

Sayangnya, puncak kejayaan ini berakhir pada 1721, setelah wilayah Swedia mengalami kekalahan dalam Perang Besar Utara (1700–1721).

Kekalahan akhir dalam Perang Besar Utara dan pembagian wilayah Swedia antara pemenang mengakhiri kekaisaran tersebut.

Namun, kekalahan di wilayah Baltik tidak menghentikan ambisi Swedia untuk mengembangkan pemerintahan kolonial di tanah yang lebih jauh.

Swedia Baru

Swedia Baru direncanakan sebagai langkah pertama menuju kekaisaran Swedia di Dunia Baru. Pada 29 Maret 1638, dua kapal Swedia, Fogel Grip dan Kalmar Nyckel, berlayar ke Teluk Delaware dan bersandar di Swedes Landing.

Dengan cepat, orang Swedia membangun Benteng Christina, dan segera setelah itu, mereka bertemu dengan sekelompok kepala suku Lenape pribumi untuk membeli dan mengamankan 67 mil tepi sungai Delaware.

Awalnya, Swedia Baru berkembang pesat. Gubernur-gubernur berikutnya memperluas koloni tersebut dan menjalin hubungan perdagangan yang kuat dengan suku Lenape.

Kapal-kapal berdatangan penuh dengan barang dagangan. Para pemukim baru dari Forest Finns hingga pengembara dan penjahat, dikumpulkan oleh otoritas Swedia, lalu mereka dikirim untuk mengkolonialisasi Amerika.

Namun, pada 1655, bencana datang ketika tujuh kapal Belanda penuh dengan tentara tiba di Sungai Delaware.

Kemenangan datang dengan cepat dan dengan jatuhnya Swedia Baru, berakhirlah ambisi kolonial Swedia di Dunia Baru.

Baca juga: Komite Turkiye Setujui Swedia Gabung NATO

Saint Barthélemy

Selanjutnya pada 1784, Swedia mengukuhkan kedaulatannya di Pulau Saint Barthélemy melalui perjanjian pertukaran hak perdagangan dengan kota Gothenburg.

Kepemilikan kolonial ini bertahan hampir satu abad penuh. Dengan wilayah imperialis yang terbatas, Swedia berhasil menjalankan diplomasi netral di tengah-tengah kekuatan imperialis lainnya dan menjadikan Saint Barthélemy sebagai basis perdagangan strategis.

Selama konflik berskala global, pelaut dan pedagang internasional berduyun-duyun ke Saint Barthélemy untuk bertransaksi.

Pulau ini menjadi pusat vital dalam perdagangan budak dan memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan koloni Swedia.

Walaupun Saint Barthélemy terlalu kecil untuk mendukung ekonomi perkebunan, keberhasilan koloni ini tergambar dalam transaksi perdagangan budak di pelabuhan bebas Gustavia.

Namun, pada tahun 1840-an, Saint Barthélemy mulai mengalami kemerosotan serius.

Pada 1877, Swedia memutuskan menjual kembali pulau ini kepada Perancis yang menandai akhir dari kepemilikan kolonial mereka di Saint Barthélemy.

Baca juga: Langkah Berani Swedia Kembali ke Model Pembelajaran Tradisional

Kolonialisasi di Sámpi

Sámi adalah orang asli di wilayah Sámpi, yang mencakup utara Norwegia, Swedia, Finlandia, dan Rusia. Di Swedia, wilayah ini disebut Lapland.

Meskipun kolonialisasi Sámpi oleh orang Swedia Skandinavia selatan telah berlangsung sejak zaman Gustav Vasa (1523-1560), peningkatan kolonialisasi terjadi saat sumber daya alam sangat diminati, khususnya selama era industri.

Kebijakan pemerintah Swedia, seperti Undang-Undang Penggembalaan Rusa (1886) dan Undang-Undang Sekolah Nomaden (1913), serta pandangan merendahkan Sámi sebagai ras yang dianggap lebih rendah oleh Institut Biologi Ras Negara Swedia pada tahun 1920-an, telah berdampak signifikan pada kehidupan mereka.

Hingga hari ini, Sámi terus berjuang melawan proyek-proyek besar dan industri ekstraktif yang mengancam hak atas tanah mereka.

Pada 2021, respons pemerintah Swedia terwujud dalam pembentukan Komisi Kebenaran yang bertujuan menyelidiki ketidakadilan sejarah yang dialami oleh Sámi. Publikasi hasilnya dijadwalkan pada 2025.

Komisi ini diharapkan membawa terang pada sejarah ketidaksetaraan dan memberikan pengakuan terhadap hak-hak Sámi yang selama ini diabaikan.

Referensi:

  • Mclaughlan, Scott. (2023, December 24). What Is the History of Swedish Colonialism?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com