Namun tidak ada film yang menggambarkan Nabi Muhammad. Tidak boleh dilukis, diwakili orang lain, dimainkan drama dengan figur, atau dipresentasikan apapun. Ini sakral.
Jika ada, maka akan terjadi kontroversi, protes keras, dan kekacauan sosial.
Memang dalam tradisi Eropa dan negara-negara Barat, kritik terhadap agama sudah biasa.
Umat Kristiani sudah biasa menerima kritik, bahkan pada figur paling suci dan sakral pun.
Banyak film yang menyudutkan Yesus, tetapi bagi imam, pastor, romo, dan umat Kristiani, tidak membuat mereka marah.
Ini berbeda dengan tradisi Timur Tengah, Asia, dan di dalamnya umat Islam. Belum bisa dikritik, apalagi menyudutkan dan keras.
Kementerian Agama RI mewacanakan kembali penggunaan nomenklatur Yesus daripada Isa. Itu akan membuka diskusi panjang.
Semoga mendewasakan dan menyehatkan, tidak hanya menuruti pemahaman sendiri tentang agama lain.
Saatnya iman, agama, dan tradisi umat lain dipahami apa adanya menurut yang mengimaninya, tidak menurut iman, tradisi, dan agama sendiri atas orang lain. Itu langkah positif yang bisa mengurangi syak wasangka buruk (prejudis).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.