Tradisi Islam memahami Isa sebagai Nabi sebagaimana Nabi Muhammad SAW. Sementara Yesus dalam teologi Trinitas mengandung unsur keilahian Putra, bersama Bapa, dan Roh Kudus.
Bagi umat Islam yang meyakini Tauhid, memahami model teologi tiga unsur tidaklah familiar. Itulah bedanya.
Perbedaan tidak harus membuat jarak. Perbedaan harus diterima apa adanya menurut pemeluknya.
Teologi Trinitas dan Tauhid memang berbeda. Kita pahami saja menurut masing-masing pemahaman. Tan hana dharma mangrwa: tidak bercampur baur. Lakum diinukum wa liyadiin (agama dan pemahaman Anda milik Anda, begitu juga punya saya).
Soal penyaliban juga berbeda. Bagi umat Kristiani, penyaliban adalah sakral, penebusan dosa, dan diulang-ulang narasinya dalam banyak ritual.
Sementara Al-Quran menyebut Isa diangkat ke langit, tidak terjadi penyaliban. Ini juga perbedaan yang lain.
Perbedaan itu bersifat imani, hanya bisa dipahami saja. Menurut keimanan Katolik dan Kristen Protestan salib itu tinggi nilai sakralnya, sementara bagi umat Islam penyaliban tidak terjadi.
Mari kita hormati perbedaan ini, tanpa harus bertengkar dan merenggangkan. Sulit, tapi bisa menerima kebenaran dari masing-masing.
Kejujuran keimanan akan membuat keluasan pandangan, tidak menjadikan keimanan sendiri menjadi keimanan orang lain. Memahami keimanan umat lain membuat kita dewasa. Terbiasa dengan perbedaan akan membuat lapang dada.
Perbedaan-perbedaan yang lain banyak lagi. Bagaimana antara kisah Maryam dalam tradisi Islam dan Bunda Maria dalam Kristen tidak sama.
Banyak nama-nama dalam Al-Qur’an mempunyai persamaan dengan nama-nama dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, tetapi ceritanya masing-masing beraneka rupa.
Perbedaan memperkaya kita. Banyak kisah di dunia ini diceritakan dalam bahasa dan budaya yang berbeda, hasilnya juga ragam.
Mukjizat, kelahiran, para murid-muridnya, dan bagaimana akhir hidupnya juga banyak versi, baik Yesus ataupun Isa.
Bahkan sudah difilmkan berkali-kali. Davinci code (2006), the passion of the Christ (2004), the last temptation of Christ (1988), dan lain-lain.
Setiap Natal dan Paskah kita saksikan banyak pementasan tentang Yesus. Mungkin kisah Yesus bisa dipahami dengan mudah dengan sirah (kisah hidup) Nabi Muhammad SAW.