Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peran Gubernur Suryo dalam Pertempuran Surabaya

Kompas.com - 07/11/2023, 13:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo atau dikenal sebagai Gubernur Suryo, adalah gubernur pertama Jawa Timur yang diangkat tidak lama setelah Indonesia merdeka.

Sesaat setelah Gubernur Suryo dilantik, terjadi pergolakan di Surabaya, yang menjadi tempat penyelenggaraan pemerintahannya.

Pergolakan tersebut dikenal sebagai peristiwa 10 November 1945 atau Pertempuran Surabaya.

Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya adalah pertempuran terbesar yang terjadi pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Gubernur Suryo tercatat sebagai salah satu tokoh Pertempuran Surabaya 10 November 1945.

Apa peran Gubernur Suryo dalam Pertempuran Surabaya?

Baca juga: Latar Belakang Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya

Peran Gubernur Suryo dalam Pertempuran Surabaya

Sebelum diangkat oleh Pemerintah Pusat Republik Indonesia menjadi Gubernur Jawa Timur, Suryo menjabat sebagai Residen Bojonegoro.

Melansir laman Cagar Budaya Jatim, Gubernur Suryo baru pindah ke Surabaya pada 12 Oktober 1945.

Sejak 19 September, situasi di Surabaya cukup tegang karena datangnya sejumlah pasukan Sekutu, yang diwakili oleh Inggris.

Tujuan kedatangan tentara Sekutu ke Indonesia saat itu adalah untuk melucuti tentara Jepang dan membebaskan orang-orang Eropa yang menjadi tawanan perang Jepang.

Kedatangan mereka membuat arek-arek Suroboyo (Surabaya) waspada karena Belanda dikhawatirkan akan mengambil kembali Indonesia, yang direnggut Jepang pada 1942.

Pada 19 September terjadi insiden perobekan bendera Belanda di di Hotel Oranje atau Hotel Yamato, yang kini dikenal sebagai Hotel Majapahit.

Baca juga: 6 Tokoh Pertempuran Surabaya

Setelah peristiwa perobekan bendera, sejumlah pejabat militer Belanda terus berdatangan untuk menyiapkan proses pendudukan kembali atas Surabaya.

Niatan Belanda telah diwaspadai oleh tokoh-tokoh di Surabaya, sehingga tidak mengherankan mereka telah mempersiapkan pertahanan kota.

Pada 25 Oktober, pasukan Sekutu mendarat di Surabaya di bawah pimpinan AWS Mallaby.

Pasukan Sekutu tidak hanya diboncengi pasukan Belanda, tetapi juga melakukan penyerangan, menguasai gedung-gedung penting, melakukan patroli keliling Kota Surabaya, dan membebaskan tahanan Belanda yang dipenjara oleh Indonesia.

Tindakan-tindakan itulah yang menimbulkan kontak senjata pada 27 Oktober 1945.

Dalam kapasitasnya sebagai gubernur Jawa Timur, Gubernur Suryo sempat berunding dengan pihak Sekutu, tetapi tidak mencapai kesepakatan yang mengikat.

Situasi memanas setelah AWS Mallaby tewas ditembak pejuang Surabaya pada 30 Oktober 1945.

Baca juga: AWS Mallaby, Tokoh Penting di Balik Peristiwa 10 November

Pengganti Mallaby, Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh, mengeluarkan ultimatum pada 9 November 1945.

Ultimatum itu berisi perintah kepada arek-arek Surabaya agar menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan.

Apabila tidak dipatuhi, Sekutu mengancam akan menggempur Surabaya dari darat, laut, dan udara.

Selain itu, semua tokoh dan para pemuda di Surabaya harus menyerahkan diri selambat-lambatnya pada 10 November 1945, pukul 06.00 pagi di tempat yang telah ditentukan.

Mendengar ultimatum tersebut, Gubernur Suryo sebagai pimpinan tertinggi di Jawa Timur, mendeklarasikan bahwa Surabaya harus dipertahankan.

Gubernur Suryo, yang telah berunding dengan para pejuang di Surabaya, dengan keras menolak tunduk kepada ultimatum Sekutu.

Pada 9 November 1945 pukul 23.00 WIB, Gubernur Suryo berpidato melalui Radio Surabaya yang terletak di bekas Gedung NIROM di Jalan Embong Malang No. 87, Surabaya.

Baca juga: Insiden Hotel Yamato, Perobekan Bendera Belanda di Surabaya

Lewat pidatonya yang dikenal dengan judul Komando Keramat Soerjo itu, Gubernur Suryo menyerukan kepada arek-arek Suroboyo untuk melawan pasukan Sekutu demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Pertempuran di Surabaya dipimpin oleh Gubernur Suryo, yang menyatakan akan melawan Sekutu sampai titik darah penghabisan.

Seruan Gubernur Suryo pun segera ditanggapi oleh para pejuang di Surabaya.

Secara umum, berikut ini peran Gubernur Suryo dalam Pertempuran Surabaya yang terjadi pada 10 November 1945.

  • Berunding dengan pihak Sekutu
  • Menjalin komunikasi dengan pemerintah pusat di Jakarta untuk meminta bantuan
  • Membacakan Komando Keramat Soerjo
  • Pemimpin Pertempuran Surabaya

Atas jasa-jasanya bagi kemerdekaan Indonesia, Gubernur Suryo telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 1964.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com