Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi Pertempuran Lima Hari Semarang

Kompas.com - 03/11/2023, 13:00 WIB
Rebeca Bernike Etania,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Kronologi peristiwa

Setelah mendengar kabar tentang pembunuhan dr. Kariadi oleh tentara Jepang, badan-badan perjuangan di Semarang segera berkoordinasi untuk memulai perlawanan.

Namun, sebelum koordinasi sempat berjalan, berita mengenai Angkatan Muda di Semarang sedang terlibat dalam baku tembak dengan pasukan Jepang yang berkumpul di pusat kota, ternyata sudah mulai tersebar.

Menanggapi berita itu, Pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Semarang langsung bergabung dengan pemuda dalam aksi, terutama di daerah Pandanaran yang tidak jauh dari tempat Dr. Kariadi tewas oleh tangan tentara Jepang.

Pertempuran sengit meletus, termasuk di wilayah lain seperti Jombang dan Kintelan, tetapi konflik terbesar terjadi di Simpang Lima Semarang.

Kota Semarang mengalami situasi sangat tegang sejak 15 Oktober 1945 di pagi hari, dengan tindakan brutal pasukan Jepang yang tidak hanya ditujukan kepada pejuang, tetapi juga terhadap warga sekitar.

Pasukan Jepang menembaki dan mengintimidasi warga tanpa alasan jelas.

Perilaku ini memicu puncak kemarahan para pejuang, terutama ketika sekitar 2.000 pasukan Jepang dikabarkan bersiap untuk membalas serangan terhadap posisi pejuang Republik.

Pertempuran memuncak di antara kedua belah pihak, dengan tambahan pasukan Jepang di bawah komando Jenderal Nakamura yang terus melakukan serangan.

Pertempuran berdarah terus berlanjut, menelan banyak korban jiwa.

Tercatat, pada 16 Oktober 1945, pasukan Jepang berhasil merebut Penjara Bulu, di mana mereka membebaskan tawanan Jepang dan memberi mereka senjata untuk ikut dalam pertempuran.

Di tengah-tengah situasi tegang ini, Mr. Wongsonegoro yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah berusaha mencari solusi untuk mengakhiri baku tembak.

Baca juga: Penyebab Pertempuran Lima Hari di Semarang

Ia mengutus Mr. Kasman Singodimedjo untuk mencoba berunding dengan Jenderal Nakamur. 

Namun, hasilnya Jepang pun memberi ultimatum akan membombardir Semarang jika pasukan dan senjata Jepang tidak dikembalikan oleh pejuang.

Mr. Kasman pun menegaskan bahwa akan ada kedatangan ribuan pemuda dari luar kota Semarang yang dapat merugikan Jepang.

Dia juga menyatakan bahwa senjata akan direbut, diiringi dengan tindakan balasan yang dapat menempatkan pasukan Jepang dalam situasi yang sulit.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com