Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Chauvinisme Dikatakan sebagai Nasionalisme Negatif?

Kompas.com - 02/11/2023, 23:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Chauvinisme adalah suatu sikap fanatisme terhadap suatu keyakinan atau idealisme tertentu.

Pada dasarnya, chauvinisme mengusung rasa cinta tanah air yang berlebihan dengan mengagungkan bangsa sendiri.

Kecintaan berlebihan pada tanah air inilah yang sering menjadi pemicu terjadinya konflik sosial di tengah masyarakat.

Oleh sebab itu, chauvinisme juga sering disebut sebagai nasionalisme negatif.

Baca juga: Partai Nazi: Berdirinya, Kepemimpinan Adolf Hitler, dan Pembubaran

Chauvinisme dikatakan sebagai nasionalisme negatif

Alasan chauvanisme dikatakan sebagai nasionalisme negatif karena chauvinisme merujuk pada sikap arogan yang dimiliki suatu kelompok atau bangsa, yang menganggap bangsa mereka lebih unggul dibanding bangsa lainnya, sehingga chauvinisme cenderung meremehkan atau merendahkan kelompok atau bangsa lain.

Oleh karena itu, perilaku chauvinisme harus dihindari, karena dapat memicu sikap-sikap sebagai berikut:

  • Intoleran
  • Suverior
  • Arogansi
  • Rasdiskriminasi

Di Indonesia, sikap chauvinisme umumnya muncul karena tingginya keyakinan akan budaya daerahnya dibanding budaya lain.

Misalnya, penghinaan adat istiadat, mencemooh tradisi dan norma daerah, sampai hinaan yang mengandung unsur SARA.

Awalnya, chauvinisme dipandang sebagai suatu hal yang positif karena dinilai mampu menumbuhkan rasa kesetiaan pada negara.

Akan tetapi, sikap ini lama-lama dianggap sebagai sikap negatif.

Sikap kesetiaan yang terlalu berlebihan pada sebuah idealisme tertentu dapat menjadi pemicu terjadinya perpecahan antarsuku, bangsa, dan negara.

Contohnya kasus pembunuhan enam juta orang Yahudi pada masa Perang Dunia II karena ideologi yang dikembangkan Adolf Hitler adalah ideologi nasionalisme chauvinisme.

Chauvinisme pernah dianut oleh beberapa negara, sebagai berikut:

  • Italia (Bennito Mussolini)
  • Jepang (Tenno Haika)
  • Jerman (Adolf Hitler)

 

Referensi:

  • Tobing, Junias Marvel Lumban TNI (Purnawirawan). (2021). Pancasila Satu-satunya Ideologi Bangsa Indonesia dan Amanat Pembukaan UUD 1945 Satu-satunya Landasan Konstitusional Negara Kesatuan Republik Indonesia. Cibubur: Nafiri Sion Publishing.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Stori
Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Stori
Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Stori
Sejarah Tarian Rangkuk Alu

Sejarah Tarian Rangkuk Alu

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com