Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hendrik de Kock, Pemimpin Belanda pada Perang Diponegoro

Kompas.com - 18/10/2023, 11:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Hendrik Merkus de Kock adalah seorang jenderal dan bangsawan Belanda, yang pernah menjabat sebagai Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

De Kock menjadi Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda periode 1826 hingga 1830, atau pada masa Perang Diponegoro (1825-1830).

Pemimpin Belanda pada Perang Diponegoro adalah Jenderal Hendrik Merkus de Kock.

Akibat tipu daya Jenderal de Kock pula, Pangeran Diponegoro berhasil ditangkap dan diasingkan.

Baca juga: Tokoh-Tokoh Perang Diponegoro

Memimpin ekspedisi militer ke Palembang

Hendrik Merkus de Kock lahir pada 25 Mei 1779 di Heusden, Belanda.

Ia merupakan putra dari pasangan Johannes Conradus de Kock dan Maria Petronella Merkus.

Pada 1801, Merkus de Kock bergabung dengan Angkatan Laut Batavia dan mulai ditugaskan di Hindia Belanda (Indonesia) pada 1807.

Pada 1821, ia memimpin ekspedisi militer ke Palembang untuk memadamkan pemberontakan di sana.

Selama berkarier di Angkatan Laut Batavia, De Kock menerima sederet penghargaan bergengsi berkat kemampuannya.

Karena itu, De Kock diangkat sebagai Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 1826.

Tugas pertama Letnan Gubernur Jenderal de Kock adalah memimpin perang melawan Pangeran Diponegoro yang mengobarkan perlawanan sejak 1825.

Baca juga: Hasil Perlawanan Pangeran Diponegoro

Pemimpin Belanda pada Perang Diponegoro

Perang Diponegoro pecah pada 20 Juli 1825 di Yogyakarta, yang kemudian meluas hampir ke seluruh Pulau Jawa karena banyak yang mendukung Pangeran Diponegoro.

Karena itu pula, Perang Diponegoro disebut juga sebagai Perang Jawa.

Kemenangan demi kemenangan diraih oleh pasukan Pangeran Diponegoro.

Sebaliknya, pasukan Belanda yang dipimpin oleh Jenderal de Kock terus mengalami kegagalan dalam melumpuhkan Pangeran Diponegoro.

Kegagalan Jenderal de Kock dalam menumpas pemberontakan Pangeran Diponegoro pun mendapat kritik dari para residen Belanda, karena sangat merugikan dari segi psikologis, politis, dan ekonomis.

Operasi Jenderal de Kock mulai membuahkan hasil setelah menerapkan strategi Benteng Stelsel dan memperdaya Pangeran Diponegoro.

Baca juga: Benteng Stelsel, Taktik Belanda untuk Kalahkan Pangeran Diponegoro

Lukisan penyerahan diri Pangeran Diponegoro kepada Jenderal de Kock pada 1830, yang menandai akhir Perang Diponegoro.Wikimedia Commons Lukisan penyerahan diri Pangeran Diponegoro kepada Jenderal de Kock pada 1830, yang menandai akhir Perang Diponegoro.
Perang Diponegoro dapat diakhiri setelah Jenderal de Kock mengaku ingin berdamai.

Termakan bujukan Jenderal de Kock, Pangeran Diponegoro berhasil ditangkap di Magelang, kemudian diasingkan.

Pangeran Diponegoro diasingkan di Manado, sebelum akhirnya dipindahkan ke Benteng Rotterdam di Makassar hingga akhir hayatnya.

Kembali ke Belanda

Selama empat tahun, Jenderal de Kock melakukan berbagai cara untuk mematahkan kekuatan Pangeran Diponegoro.

Biaya yang dikeluarkan untuk operasi-operasi yang dilancarkan bahkan membuat Belanda mengalami krisis ekonomi.

Setelah menangkap Pangeran Diponegoro pada Maret 1830, Jenderal de Kock mengundurkan diri dari jabatannya.

Baca juga: Siapakah Nama Asli Pangeran Diponegoro?

Di tahun yang sama, Jenderal de Kock kembali ke Belanda dan diangkat menjadi panglima tertinggi pasukan untuk meredam perlawanan rakyat Belgia.

Atas jasa-jasanya, Raja Willem I memberinya gelar Baron de Kock pada 1835.

Setelah itu, Jenderal de Kock menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri Belanda dari 1 Desember 1836 hingga 1 Juni 1841, kemudian menjadi Menteri Negara dari 1841 hingga 1845.

Jenderal de Kock meninggal di Den Haag, Belada, pada 12 April 1845 dalam usia 65 tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com