Pulau tersebut adalah Jawa yang saat itu memiliki lebih dari 20 gunung besar dan kecil.
Sultan Ghalbah kemudian mengirim sebanyak 20.000 pasang orang dari negeri Rum untuk menetap di pulau kosong tersebut.
Mereka tiba di Pulau Jawa pada bulan Nisan, tahun 437 menurut kalender Rum atau tahun Adam 5154 (tahun matahari) atau tahun 5306 (tahun bulan).
Namun, kedatangan mereka pertama kali di Pulau Jawa tidak berjalan lancar.
Pulau tersebut dianggap angker dan dalam waktu empat tahun, ribuan orang meninggal dunia akibat berbagai alasan, termasuk wabah penyakit, serangan binatang, dan gangguan makhluk halus.
Dari 20.000 pasang orang, hanya tersisa 20 pasang yang selamat dan mereka memutuskan untuk kembali ke negeri Rum.
Baca juga: Jayabaya, Raja Terbesar di Kerajaan Kediri
Mendengar tentang kegagalan tersebut, Sultan Ghalbah mengundang orang-orang sakti untuk membantu mengatasi angkernya Pulau Jawa.
Salah satu tindakan yang diambil adalah dengan memasang tumbal atau jimat di berbagai tempat di Pulau Jawa selama dua tahun.
Setelah itu, makhluk halus yang sebelumnya menghuni Pulau Jawa melarikan diri menuju lautan.
Sultan Ghalbah kemudian mengirim ekspedisi baru yang terdiri dari 20.000 pasang orang dari berbagai wilayah untuk kembali ke tanah Jawa.
Mereka membawa peralatan lengkap, benih tanaman, dan hewan-hewan piaraan.
Mereka berpencar menjadi 20 kelompok masing-masing terdiri dari 1.000 pasang orang.
Tugas mereka adalah membuka hutan dan lahan pertanian di Pulau Jawa.
Dari sinilah, orang-orang Rum kemudian menetap dan memiliki keturunan yang menjadi awal mula leluhur orang Jawa.
Referensi: