Tan Malaka juga merupakan seorang penulis produktif yang banyak menulis tentang nasionalisme, sosialisme, dan kemerdekaan.
Salah satu karyanya yang terkenal adalah "Madilog" (Materialisme, Dialektika, Logika), di mana ia menggabungkan teori Marxisme dengan kebudayaan lokal.
Karya ini menjadi landasan bagi banyak aktivis dan pemikir Indonesia dalam memahami hubungan antara ekonomi, sosial, dan politik.
Selama perjalanan hidupnya, Tan Malaka melakukan perjalanan ke berbagai negara untuk mempelajari pergerakan revolusioner dan berbagi pengalaman.
Ia tinggal di berbagai tempat, termasuk Tiongkok, Uni Soviet, dan Jepang.
Pengalamannya di luar negeri memperdalam pemahamannya tentang pergerakan revolusioner dan memberikan wawasan baru tentang cara melawan penindasan.
Baca juga: Biografi Tan Malaka dan Pemikiran Tentang Kemerdekaan
Tan Malaka memainkan peran penting dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Ia adalah salah satu pendiri Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1920-an yang kemudian menjadi bagian integral dari perjuangan melawan kolonialisme.
Namun, perbedaan pandangan dengan pimpinan PKI mengakibatkan pengasingan Tan Malaka dari partai tersebut.
Tan Malaka menentang pemberontakan PKI pada 1926. Ia pun disalahkan oleh para pendukungnya karena pemberontakan itu gagal.
Setelah tersisih dari PKI, Tan kemudian mengerahkan sebuah kelompok di Bangkok yang disebut Partai Republik Indonesia.
Partai ini bertujuan mengembangkan kader bawah tanah yang akan bekerja di Indonesia.
Tan Malaka baru kembali ke Jawa pada 1944, saat masa pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II.
Tan Malaka disebut sebagai Bapak Republik Indonesia karena ia telah memiliki pemikiran tentang kemerdekaan Indonesia, bahkan sebelum konsep negara merdeka ini dikemukakan oleh para tokoh bangsa lainnya.
Tan Malaka mengungkapkan konsep negara Indonesia merdeka dalam bukunya yang berjudul Naar De Republiek Indonesia atau Menuju Republik Indonesia.