Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gagasan Tan Malaka yang Diterapkan di Indonesia

Kompas.com - 13/03/2023, 19:00 WIB
Susanto Jumaidi,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Komunisme barangkali menjadi ideologi terlarang dan menghadirkan memori traumatis bagi sebagian masyarakat Indonesia.

Memori traumatis akan komunisme kerap menghampiri pikiran masyarakat Indonesia, khususnya mereka yang hidup di tahun 1965an.

Komunisme memang telah menjadi suatu ancaman bagi pemerintah kolonial Belanda berkat segala macam aksi yang dilancarkan kelompok-kelompok komunis di Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, kekuatan komunisme di Tanah Air pun menguat.

Namun, kebesaran Partai Komunis Indonesia (PKI) berakhir setelah meletusnya peristiwa berdarah tahun 1965.

PKI dituding sebagai dalang peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965 yang menewaskan enam jenderal dan satu perwira.

Setelah itu, peristiwa berdarah menimpa PKI. Lebih dari 430.590 orang-orang yang dituding sebagai anggota dan simpatisan PKI dibantai selama periode 1965.

Meski menyisakan kisah traumatis, tidak dapat dipungkiri bahwa ada sejumlah tokoh komunis yang pemikirannya pernah dianut di Indonesia.

Salah satu tokoh komunis yang terkenal dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah Tan Malaka. Ia memiliki puluhan nama samaran dalam hidupnya.

Meskipun Tan Malaka adalah tokoh besar komunis Indonesia, ia tidaklah dapat disamakan dengan tokoh komunis lainnya.

Sebab, pemikiran, pergerakan, dan aksi-aksi Tan Malaka sedikit berbeda dengan tokoh komunis lainnya, bahkan kadang justru bertolak belakang.

Baca juga: Ideologi Komunisme: Definisi, Ciri, Sistem Ekonomi, dan Contoh Penerapan

Siapa Tan Malaka?

Tan Malaka adalah seorang pahlawan Indonesia kelahiran Nagari Pandam Gadang, Gunung Omeh, Sumatera Barat, pada 1897. Ia memiliki gelar datuk.

Ia adalah tokoh komunis Indonesia yang tersohor. Seorang pemuda, intelek, filsuf, dan guru yang mendapat pendidikan langsung di Belanda.

Dalam beberapa diskusi sejarah, Tan Malaka sering kali disebut sebagai tokoh komunis nomor satu di Indonesia. Namun, ia tidak sama dengan tokoh komunis pada 1965.

Ia benar-benar mengabdikan dirinya bagi Indonesia yang pada saat itu masih berstatus Hindia Belanda di bawah penjajahan Kerajaan Belanda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com