Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Martinus Ariya Seta
Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Hobi membaca dan jalan-jalan. Saat ini sedang menempuh studi doktoral dalam bidang Pendidikan Agama di Julius Maximilians Universität Würzburg

Leo Szilard: Bapak Spiritual Bom Atom

Kompas.com - 04/08/2023, 08:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

"Frank Report" menolak peledakan bom atom di wilayah Jepang karena dapat memicu kompetisi persenjataan nuklir dengan pihak Uni Soviet.

Untuk mengakhiri perang, "Frank Report" menyarankan untuk mengundang pihak Jepang menyaksikan uji coba bom atom di tempat yang tidak ada penghuninya.

Dengan menyaksikkan kedahsyatan bom atom, diharapkan pihak Jepang mau menyerah kepada pihak Amerika Serikat. Ini adalah ide yang brilian meskipun terkesan naif. "Frank Report" tidak digubris oleh Presiden Harry Truman.

Salah satu etape penting dalam "Manhattan Project" adalah Tritnity Test. Ini adalah uji coba hulu ledak nuklir pada 16 Juli 1945, di Los Alamos New Mexico.

Daya ledak nuklir ini setara dengan 15.000 ton dinamit. Ini adalah senjata yang sangat dahsyat dan mematikan.

Szilard kembali menggalang petisi di kalangan para ilmuwan yang terlibat di dalam "Manhattan Project" untuk menolak penggunaan bom atom.

Ada sekitar 70 ilmuwan yang menandatangani petisi ini. Jumlah ini tidak seberapa karena "Manhattan Project" mempekerjakan lebih dari 2000 ilmuwan.

Szilard menyerahkan petisi ini kepada Arthur Compton untuk dikirim ke Washington pada 19 Juli 1945. Petisi ini baru dibaca President Harry. S Truman setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima, Jepang.

Szilard gagal mencegah penggunaan senjata bom atom. Di dalam suratnya kepada Oppenheimer, Szilard menuliskan demikian:

"Aku kira hampir tidak ada gunanya untuk meyakini bahwa petisi semacam itu merupakan langkah yang paling efektif untuk mengubah jalannya peristiwa. Akan tetapi, aku tidak memiliki keraguan sedikitpun di dalam pikiranku terkait martabat ilmuwan di mata masyarakat dalam satu atau dua tahun dari sekarang. Ini adalah hal yang baik untuk diungkapkan bahwa sebagian kecil dari ilmuwan akan tercatat dalam sejarah karena memberikan prioritas yang jauh lebih besar kepada pertimbangan moral dan merekapun harus mengungkapkan hak mereka yang dilindungi oleh konstitusi untuk menyampaikan petisi kepada presiden."

Setelah Perang Dunia II berakhir, Szilard tidak lagi melibatkan diri dalam pengembangan senjata nuklir. Szilard mendalami bidang biologi dan menghasilkan beberapa paten dan jurnal ilmiah dalam bidang biologi.

Selain itu, Szilard terlibat aktif dalam usaha perdamaian. Szilard dengan gigih mengampanyekan pencegahan pengembangan senjata nuklir dan pembatasan penggunaan senjata nuklir.

Perihal keterlibatannya dalam usaha perdamaian, Szilard berkelakar demikian:

Barangkali seorang ilmuwan diperbolehkan untuk berbicara tentang perdamaian bukan kerana dia mengetahui lebih banyak persoalan perdamaian daripada orang lain, tetapi karena
tidak ada seoangpun yang memang lebih mengetahui persoalan tersebut.”

Kegigihan Szilard dalam mencegah penggunaan bom atom meninggalkan kesan kenaifan. Barangkali karena berpikir selangkah ke depan, Szilard terkesan naif.

Kemanusiaan membutuhkan sosok-sosok yang naif agar orang terus berpikir dan tidak kehilangan asa di hadapan kebrutalan realitas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com