Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Martinus Ariya Seta
Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Hobi membaca dan jalan-jalan. Saat ini sedang menempuh studi doktoral dalam bidang Pendidikan Agama di Julius Maximilians Universität Würzburg

Leo Szilard: Bapak Spiritual Bom Atom

Kompas.com - 04/08/2023, 08:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Surat diserahkan kepada sang presiden melalui perantara Alexander Sachs – penasihat Presiden Roosevelt.

Setelah mendapat sambutan positif dari sang presiden, Sachs segera membentuk Advisory Uranium Committee (AUC) untuk mengakselerasi pengembangan senjata nuklir. AUC adalah cikal bakal dari "Manhattan Project".

Pada 28 Desember 1942, Presiden Roosevelt merestui pelaksanaan "Manhattan Project" untuk mempercepat pengembangan bom atom dengan skala yang jauh lebih besar.

Szilard terlibat secara langsung dalam mega proyek ini dan bekerja di Laboratorium Metalurgi Universitas Chicago di bawah pimpinan Arthur Compton.

Penentang penggunaan bom atom

Szilard dikenal sebagai seorang yang selalu berpikir satu langkah kedepan. Dampak politik dan kemanusiaan senjata bom atom mengusik pikiran Szilard.

Penggunaan bom atom akan memicu kompetisi persenjataan dengan pihak Uni Soviet. Inilah yang menjadi ketakutan dari Szilard.

Sebelum "Manhattan Project" selesai, Szilard telah memutuskan untuk menentang penggunaan senjata nuklir.

Pada Maret 1945, Szilard menggalang petisi bersama beberapa ilmuwan yang terlibat dalam "Manhattan Project". Petisi ini memaparkan bahwa penggunaan bom atom akan memicu kompetisi senjata nuklir dengan pihak Rusia.

Dalam pandangan Szilard, menghindari persaingan senjata nuklir jauh lebih penting dari pada kepentingan jangka pendek – menghancurkan lawan dengan cepat. Petisi ini tidak sampai tangan Roosevelt.

Szilard memutar otak agar dapat bertemu dengan Presiden Rooselvelt. Szilard mencoba untuk menemui istri sang presiden – Eleanor Roosevelt.

Akan tetapi, Presiden Rooselvelt mati mendadak pada 12 April 1945, dan Szilard belum sempat menemui Eleanor Roosevelt.

Bom nuklir belum selesai dibuat, Jerman sudah terlebih dahulu menyerah pada 8 Mei 1945. Sementara itu, posisi Jepang semakin terdesak meskipun masih terus gigih bertahan membendung laju tentara sekutu.

Szilard tidak lagi melihat adanya urgensi penggunaan bom atom untuk mengalahkan pihak Jepang.

Pada Juni 1945, beberapa ilmuwan yang terlibat dalam "Manhattan Project" menyampaikan laporan kalkulasi dampak penggunaan senjata nuklir.

Laporan disusun atas inisiatif James Franck dan laporan ini kemudian dikenal dengan nama "Franck Report". Szilard adalah salah satu ilmuwan yang menandatangani laporan ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com