Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nekara Pejeng: Sejarah Penemuan dan Fungsinya

Kompas.com - 31/07/2023, 11:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Nekara Pejeng merupakan salah satu tipe nekara yang banyak ditemui di Indonesia.

Bahkan nekara tipe Pejeng disebut-sebut sebagai nekara yang berasal dari Indonesia.

Nama Nekara Pejeng diambil dari nama tempat ditemukannya nekara ini untuk pertama kalinya, yakni di Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali.

Baca juga: Nekara: Fungsi dan Jenisnya

Sejarah penemuan Nekara Pejeng

Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, nekara adalah gendang perunggu berbentuk seperti dandang, berpinggang pada bagian tengah dengan selaput suara berupa logam atau perunggu.

Nama Nekara Pejeng diambil dari nama tempat di mana nekara yang terbesar ditemukan dan disimpan sampai sekarang.

Oleh masyarakat setempat, nekara tersebut dinamai Nekara Bulan Pejeng.

Keberadaan Nekara Bulan Pejeng diketahui dunia setelah dilaporkan oleh GE Rumphius pada 1704.

Melansir laman Kemdikbud, Rumphius sebenarnya belum pernah ke Bali, tetapi mendapatkan keterangan dari Hendrik Leydekerkers.

Dalam buku berjudul Amboinsche Rariteitkamer yang diterbitkan pada 1705, Rumphius mengatakan bahwa penduduk setempat mengangap Nekara Bulan Pejeng sebagai roda bulan yang jatuh ke bumi.

Pada awalnya, Nekara Bulan Pejeng tergeletak di tanah karena tidak ada seorang pun yang berani memindahkannya.

Kini Nekara Bulan Pejeng ditempatkan di Pura Penataran Sasih, Desa Pejeng, tepatnya di atas pelinggih batu bata dan dikelilingi pagar kayu.

Diduga, Pura Penataran Sasih merupakan tempat pemujaan pada Zaman Logam atau masa Perundagian.

Baca juga: Zaman Logam: Pembagian dan Peninggalan

Nekara Bulan Pejeng merupakan nekara terbesar di Indonesia yang berukuran tinggi 186,5 sentimeter, garis tengah bidang pukulnya 160 sentimeter, dan tepi bidang pukulnya setebal 3 milimeter menjorok keluar dari badan nekara selebar 25 sentimeter.

Penelitian seputar nekara Pejeng semakin digiatkan pada abad ke-20.

Para ahli purbakala berpendapat bahwa pada masa Perundagian yang berkembang sekitar 2000 tahun silam, masyarakat prasejarah Bali telah menguasai teknologi dan seni tuang logam sehingga berhasil mengembangkan industri logam lokal yang khas, salah satunya hasilnya adalah nekara Pejeng.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com