Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meriam Lada Sicupak, Bukti Hubungan Erat Aceh dan Turki Usmani

Kompas.com - 28/07/2023, 15:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Meriam Lada Sicupak merupakan meriam Kesultanan Aceh yang kini masih dapat dijumpai keberadaannya di Desa Balang Balok, Kecamatan Peureulak Kota, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh.

Meriam bersejarah ini menjadi salah satu bukti hubungan antara Kerajaan Aceh dengan Kesultanan Turki Usmani pada masa lalu.

Berdasarkan catatan sejarah, Kerajaan Aceh memiliki hubungan diplomatik dengan Kesultanan Turki Usmani sejak masa pemerintahan Sultan Alauddin Riayat Syah (1537-1571).

Hubungan diplomatik tersebut dibangun oleh sultan Aceh yang ingin mengusir bangsa Portugis dari Malaka.

Terkait asal-usul Meriam Lada Sicupak, terdapat beberapa versi cerita yang beredar di masyarakat.

Berikut sejarah Meriam Lada Sicupak atau Meriam Lada Secupak.

Baca juga: Apa Bantuan yang Diberikan Turki Usmani kepada Aceh?

Kisah Meriam Lada Sicupak

Kata secupak atau sicupak merupakan Bahasa Aceh yang artinya segenggam tangan orang dewasa.

Meriam Lada Sicupak dapat diartikan meriam segenggam lada.

Meriam Lada Sicupak dipercaya sebagai balasan tanda persahabatan dari Kesultanan Turki Usmani kepada Panglima Nyak Dum dan rombongannya, yang datang memberikan segenggam lada sebagai hadiah dari Aceh.

Cerita mengenai Meriam Lada Sicupak disebut dalam beberapa catatan sejarah.

Namun, kisah yang disampaikan dalam catatan-catatan tersebut memiliki sejumlah perbedaan.

Dua versi cerita yang populer berasal dari catatan Snouck Hurgronje dari tahun 1891 dan dari Hikayat Meukuta Alam.

Baca juga: Apa Hubungan Aceh dengan Turki Usmani?

Versi Snouck Hurgronje

Dalam catatannya, Snouck Hurgronje menceritakan bahwa sultan Aceh merasa sudah waktunya untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Kesultanan Turki Usmani, yang saat itu dikenal sebagai imperium Islam terbesar di dunia.

Sultan Aceh kemudian mengirim utusan ke Istanbul, Turki, yang membawa kapal berisi lada untuk dipersembahkan kepada sultan Ottoman.

Setibanya di Istanbul, utusan Aceh tidak diperkenankan menemui sultan Ottoman karena mereka tidak pernah mendengar nama Aceh.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com