Pada masa kepemimpinan Muhammad, gerakan kelompok Bani Hasyim semakin berkembang dan tersistematis. Mereka menetapkan tiga kota penting bagi gerakan mereka.
Kota Al-Humayyah kala itu difungsikan sebagai pusat perencanaan dan organisasi.
Selanjutnya, mereka memilih Kufah sebagai kota penghubung, sedangkan gerakan praktisnya dilancarkan di Khurasan.
Pada 743, Muhammad meninggal dunia dan gerakan ini kemudian dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Ibrahim al-Imam.
Pada masa ini, di bawah panglima perang Abu Muslim Al-Khurasani, Kota Khurasan dapat ditaklukan.
Namun, tidak lama setelah itu, pada 749 Ibrahim al-Imam tertangkap oleh Umayyah.
Ia kemudian ditahan dan meninggal di dalam penjara.
Gerakan ini kemudian dipimpin oleh saudara Ibrahim al-Imam yang bernama Abu Abbas.
Dalam perkembangannya, gerakan ini semakin agresif yang dapat dilihat dari peperangan antara kedua kelompok.
Baca juga: Revolusi Abbasiyah, Runtuhnya Kekhalifahan Bani Umayyah
Berbagai peperangan terjadi tatkala pasukan oposisi ini berusaha menguasai berbagai kota di bawah kekuasaan Umayyah.
Kendati demikian, gerakan oposisi ini terlanjur besar dan tersistematis yang sulit untuk dilumpuhkan, sebaliknya pasukan Umayyah mengalami kekalahan.
Titik penting peperangan yang menandai runtuhnya Umayyah dan naiknya Abbasiyah adalah Perang Zab, sebuah pertempuran di dekat Sungai Zab, Irak, pada 750 M.
Pasukan Umayyah harus mengakui kekalahannya tatkala Abbas mengirimkan dua bala tentaran untuk menaklukkan mereka.
Kekalahan ini menjadi penanda lepasnya berbagai kekuasaan Umayyah dan berdirinya Dinasti Abbasiyah pada 750 M.
Baca juga: Pertempuran Zab, Puncak Pergolakan Revolusi Abbasiyah
Referensi: