Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Mana Saja Kerusuhan Mei 1998 Terjadi?

Kompas.com - 12/05/2023, 19:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Krisis moneter yang melanda Asia pada 1997 juga memorak-porandakan perekonomian Indonesia.

Di Indonesia, situasi bahkan berkembang menjadi krisis multisektor yang berujung pada peristiwa Kerusuhan Mei 1998.

Kerusuhan Mei 1998 merupakan puncak dari ketidakpuasan dan kekecewaan rakyat Indonesia di beberapa daerah, terhadap pemerintah Orde Baru yang dinilai gagal mengatasi situasi dalam negeri.

Fenomena yang terjadi pada saat kerusuhan antara lain, penjarahan, pemerkosaan, kekerasan fisik, dan perusakan fasilitas umum.

Kerusuhan juga tidak hanya terjadi di ibu kota, Jakarta, tetapi di beberapa kota di Indonesia.

Di mana Kerusuhan Mei 1998 terjadi?

Baca juga: Penyebab Kerusuhan Mei 1998

Yogyakarta

Yogyakarta menjadi salah satu kota yang memelopori aksi demonstrasi pada 1998 untuk melengserkan Presiden Soeharto.

Pada 10 Maret 1998, di tengah krisis yang melanda Indonesia, Soeharto kembali terpilih sebagai Presiden RI untuk ketujuh kalinya.

Hal itulah yang memicu demonstrasi mahasiswa di Yogyakarta untuk menolak Soeharto menjadi presiden lagi.

Demonstrasi sebenarnya telah dimulai sejak April 1998, yang memuncak pada 8 Mei setelah sejumlah mahasiswa yang menggelar aksi ditangkap oleh aparat.

Peristiwa yang terjadi pada 8 Mei 1998 kemudian dikenal sebagai Tragedi Gejayan, karena mengakibatkan ratusan orang luka-luka dan satu mahasiswa bernama Moses Gatotkaca tewas.

Baca juga: Peristiwa Gejayan 1998

Medan

Salah satu kerusuhan terbesar dan paling awal terjadi di Kota Medan, Sumatera Utara, pada 6 Mei 1998.

Saat itu, ratusan ruko, kendaraan, dan pusat perbelanjaan menjadi sasaran amuk massa yang kecewa terhadap pemerintah.

Akibat peristiwa kerusuhan Medan 1998, sedikitnya enam orang tewas serta puluhan lainnya mengalami luka-luka.

Mobil yang dibakar saat kerusuhan Mei 1998 di kawasan Grogol, Jakarta Barat, 13 Mei 1998.MAJALAH D&R/RULLY KESUMA Mobil yang dibakar saat kerusuhan Mei 1998 di kawasan Grogol, Jakarta Barat, 13 Mei 1998.

Depok

Pada 7 Mei 1998, terjadi Peristiwa Cimanggis di Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat.

Peristiwa Cimanggis merupakan bentrokan yang terjadi antara mahasiswa yang menggelar aksi untuk menuntut reformasi dan lengsernya Presiden Soeharto, dengan aparat keamanan.

Bentrokan mengakibatkan 21 mahasiswa harus dilarikan ke Rumah Sakit Tugu Ibu di Cimanggis.

Dua mahasiswa dilaporkan terkena tembakan, sedangkan sekitar 50 mahasiswa mengalami cedera akibat pukulan aparat.

Baca juga: Peristiwa Cimanggis 1998

Jakarta

Pada 12 Mei 1998, aksi damai dilakukan oleh sekitar 6.000 massa yang terdiri atas mahasiswa, staf, juga dosen.

Mereka melakukan long march dari Univeristas Trisakti, menuju Gedung DPR/MPR di Senayan.

Aksi damai tersebut berubah menjadi tragedi ketika aparat yang terdiri atas Polri dan militer, memburu peserta demo, memukul, melepas gas air mata, menembak dengan peluru karet, bahkan dengan peluru tajam.

Dalam peristiwa itu, empat mahasiswa Universitas Trisakti meninggal dunia setelah terkena tembakan aparat di bagian tubuh mereka yang tergolong vital, seperti di kepala, leher, dan dada.

Tewasnya empat mahasiswa tersebut menyulut kerusuhan di berbagai wilayah ibu kota.

Selama 13-15 Mei 1998, gerakan mahasiswa meluas dan didukung oleh kelompok buruh, kaum intelektual, dan berbagai lapisan masyarakat.

Sambil membawa poster bergambar empat wajah rekan mereka yang tewas dalam tragedi Trisakti, ratusan mahasiswa Trisakti Jakarta berunjuk rasa di Gedung Kejaksaan Agung, Senin 12 Mei 2008. Mereka menuntut pemerintah agar menuntaskan kasus tragedi Trisakti serta Semanggi I dan II.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO Sambil membawa poster bergambar empat wajah rekan mereka yang tewas dalam tragedi Trisakti, ratusan mahasiswa Trisakti Jakarta berunjuk rasa di Gedung Kejaksaan Agung, Senin 12 Mei 2008. Mereka menuntut pemerintah agar menuntaskan kasus tragedi Trisakti serta Semanggi I dan II.

Baca juga: 4 Mahasiswa yang Gugur dalam Tragedi Trisakti

Rentetan peristiwa penjarahan, perusakan, dan pembakaran terjadi di daerah Glodok, Klender, bahkan menjalar keluar Jakarta ke Bogor, Bekasi, dan Tangerang.

Hingga 19 Mei, ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi tidak berhenti memadati Gedung DPR/MPR.

Pada 20 Mei 1998, aksi damai juga dilakukan oleh ratusan seniman di halaman Taman Ismail Marzuki Jakarta untuk menuntut pelengseran Presiden Soeharto.

Situasi mulai terkendali setelah Presiden Soeharto menyatakan berhenti dari jabatan Presiden RI pada 21 Mei 1998.

sebuah mall dibakar oleh massa aksi di Solo.Tribunnews sebuah mall dibakar oleh massa aksi di Solo.

Solo

Kerusuhan di Solo Raya berlangsung pada 14-15 Mei 1998, yang banyak dipengaruhi oleh kegeraman sikap represif aparat dalam Tragedi Gejayan di Yogyakarta dan Tragedi Trisakti di Jakarta.

Showroom mobil, perkantoran, pusat perbelanjaan, dan berbagai bangunan yang dianggap menjadi simbol kesenjangan sosial-ekonomi, tidak luput dari amuk massa.

Massa aksi melakukan pembakaran, penjarahan, dan perusakan fasilitas umum, hingga membuat situasi mencekam.

Baca juga: Kerusuhan Mei 1998 di Solo: Kronologi dan Dampaknya

Melansir Kompas.com, Kerusuhan Mei 1998 di Solo Raya mengakibatkan 27 pusat perbelanjaan, 27 toko, 287 mobil, 570 sepeda motor, 24 showroom, 12 rumah makan, enam perkantoran dan bank, rusak berat.

Kerusuhan juga menimbulkan 14 korban tewas, tindakan pelecehan seksual, dan hampir 70 ribu masyarakat kehilangan pekerjaan.

Palembang

Di Palembang, mahasiswa memelopori aksi damai pada Mei 1998.

Demonstrasi menuju kantor DPRD Sumatera Selatan yang mulanya berjalan damai, berubah ricuh ketika mahasiswa tidak puas dengan hasil audiensi, yang memburuk karena adanya provokasi.

Massa, yang tidak hanya berasal dari kalangan mahasiswa, kemudian bergerak ke lokasi padat pertokoan dan melakukan anarkisme.

Perusakan toko dan penjarahan terjadi di beberapa titik di Palembang pada 14 Mei 1998, yang masih berlanjut pada hari berikutnya.

Melansir Kompas.com, data dari polda Sumsel menunjukkan terdapat 179 toko dan 109 rumah yang rusak, 11 motor dan 15 mobil terbakar, serta total 195 kerusakan fasilitas umum.

Baca juga: Penjarahan dan Pembakaran Kerusuhan Mei 1998: Lokasi dan Pelakunya

Surabaya

Kerusuhan 1998 di Surabaya terjadi secara spontan, berlangsung mulai dari 14 Mei 1998 malam hari hingga subuh.

Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) melaporkan bahwa pelaku kerusuhan di Surabaya terdiri dari tiga kelompok utama, yakni kelompok masa aktif (pendatang) yang terorganisir, massa pasif atau orang lokal yang ikut-ikutan, dan kelompok provokator yang terprovokasi.

Massa tidak hanya menjarah toko-toko milik orang Tionghoa khususnya, tetapi juga mengintimidasi perempuan Tionghoa di Surabaya.

Aksi yang dilakukan berupa pelecehan dan kekerasan seksual, juga pemerkosaan massal terhadap perempuan Tionghoa.

Lembaga KontraS menyebut ada sepuluh korban pemerkosaan, dua korban penyiksaan seksual, dan sepuluh korban pelecehan seksual.

Data Komnas Perempuan dan TGPF mengungkap ada sepuluh korban pemerkosaan, tiga korban penyiksaan seksual, dan tiga korban pelecehan seksual.

Sedangkan Lembaga Gema Sukma dan KPPD menyebut ada 19 korban pemerkosaan, enam korban penyiksaan seksual, dan sepuluh orang korban pelecehan seksual.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com