Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Adat Suku Besemah Sumatera Selatan yang Penuh Falsafah

Kompas.com - 05/05/2023, 21:00 WIB
Susanto Jumaidi,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Suku Besemah atau lazim juga disebut Pasemah, merupakan kelompok suku bangsa yang mendiami kawasan Sumatera Selatan.

Suku Pasemah adalah salah satu kelompok etnis asli yang bermukim di wilayah pegunungan di Provinsi Sumatera Selatan.

Mereka secara tradisional tinggal di sekitar dataran tinggi Bukit Barisan, terutama di Kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat.

Mereka juga terkenal dengan tradisi dan kebudayaannya yang khas, seperti bahasa, upacara, dan seni ukir kayu sebagaimana terpatri di rumah adat mereka.

Baca juga: Mengenal Rumah Sulah Nyanda, Rumah Adat Banten

Arsitektur rumah adat Suku Besemah

Ghumah baghi merupakan sebutan dari rumah adat Suku Besemah Sumatera Selatan sekaligus menjadi identitas kultural masyarakatnya.

Ghumah baghi banyak terkonsentrasi di Desa Pelang Kenidai Kota Pagaralam.

Rumah adat ini juga banyak ditemui secara terpencar di kecamatan lain, termasuk di Kabupaten Lahat.

Rumah adat Suku Besemah diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu ghumah tatahan, ghumah gilapan, ghumah padu tiking, dan ghumah padu ampagh.

Ghumah gilapan merupakan jenis rumah yang memiliki hiasan ukiran di dinding. Hiasan ini dibuat dengan cara ditatah menggunakan pahat.

Bentuk rumahnya adalah bujur sangkar atau persegi panjang, tidak terlalu panjang, dan tidak pula terlalu lebar.

Rumah ini memiliki tiang penyangga setinggi 1.5 meter dari kayu berkualitas.

Baca juga: Gebong Memarong, Tujuh Bangunan Tradisional Suku Lom di Bangka

Ghumah gilapan tidak jauh berbeda dengan ghumah tatahan dari segi bentuk dan ukuran.

Namun, tidak ada ukiran kayu di ghumah gilapan sebagaimana yang ada di ghumah tatahan.

Sementara itu, rumah yang berjenis padu tiking dibangun menggunakan kayu dan bambu.

Adapun padu ampagh adalah jenis rumah adat yang paling berbeda dengan lainnya karena bentuknya lebih sederhana menggunakan komposisi anyaman bambu.

Ghumah baghi pada umumnya berukuran 7x7 m atau 8x8 m terdiri dari dua bagian utama, yaitu rumah inti dan dapur yang dihubungkan oleh gahang atau semacam gang.

Sebagaimana rumah pada umumnya, ghumah baghi memiliki jendela, pintu, plafon, dinding, tangga, dan atap, tetapi tetap memiliki kekhasan tersendiri.

Baca juga: 3 Tempat Wisata di NTT untuk Lihat Rumah Adat yang Masih Asli

Tradisi mendirikan ghumah baghi

Dalam mendirikan atau membangun rumah adat, masyarakat Suku Besemah memiliki rentetan tradisi sejak sebelum dimulainya pembangunan, proses pembangunan, hingga selesai.

Sebelum mendirikan bangunan, pemilik rumah akan bermusyawarah terlebih dahulu bersama keluarganya guna memperjelas status tanah yang akan digunakan.

Biasanya dalam musyawarah ini, pemilik rumah juga akan mengundang Jurai Tuwe, yaitu sesepuh desa yang merupakan pemimpin tradisional di sana.

Tradisi lain yang dilaksanakan dalam rencana pembangunan rumah adalah bahan-bahan yang sudah terkumpul, khususnya kayu, harus direndam terlebih dahulu minimal 40 hari.

Baca juga: Mengenal Suku, Bahasa, Rumah Adat, dan Pakaian di Nusa Tenggara Timur

Selanjutnya, orang yang memiliki hajat akan mengundang masyarakat untuk menggelar syukuran atau peringatan bahwa akan diadakan pembangunan rumah.

Umumnya, dalam proses hajatan tersebut, pemilik rumah diwajibkan untuk mengundang para tukang yang akan mengerjakan pembangunan rumah.

Ada beberapa tradisi dalam proses pembangunan, seperti Sedekah Negah Ka Tiang yang merupakan ritual sedekah ketika mendirikan tiang rumah.

Ada pula Sedekah Nunggah Mubungan, sebuah ritual sedekah ketika sampai pada tahap pemasangan bubungan rumah.

Terakhir, ada Sedekah Nunggu Ghumah, yaitu sedekah selamatan setelah rumah berdiri dan siap dihuni.

Tentunya, rentetan tradisi tadi memiliki makna yang dalam, mulai dari hubungan sosial, hubungan manusia dengan alam, serta hubungan manusia dengan Tuhannya.

Baca juga: Rumah Adat Jew Milik Suku Asmat yang Hanya Dimasuki Laki-laki untuk Musyawara

Referensi:

  • Jumhari & Hariadi. (2014). Identitas Kultural Orang Besemah Di Kota Pagaralam. Padang: Badan Pelestarian Nilai Budaya Padang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com