Tindakan pemilik pabrik kemudian ditentang oleh para buruh pabrik gula dengan cara mogok kerja serentak.
Para buruh meminta adanya dialog atau perundingan dengan pemilik pabrik dalam menyelesaikan permasalahan mereka akibat ketidakadilan perusahaan.
Namun, perkembangan organisasi buruh ini juga diiringi dengan perkembangan ideologi organisasi yang berhaluan Marxis.
Titik puncaknya adalah upaya-upaya kaum buruh yang terdoktrin Marxis untuk mendirikan negara sendiri.
Hal ini tentu melahirkan pergolakan dalam organisasi-organisasi politik yang ada pada masa Pergerakan Nasional, semisal dengan kaum nasionalis.
Pada fase ini, kelompok buruh bukan lagi wadah pekerja, melainkan juga menaungi ideologi dan gerakan politik.
Baca juga: Mengapa di Jawa Banyak Pabrik Gula?
Referensi:
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya