KOMPAS.com - Pada 1512, bangsa Portugis untuk pertama kalinya tiba di Ternate.
Kedatangan mereka disambut baik oleh Sultan Bayanullah (1500-1521) yang berkuasa di Ternate saat itu, karena itikad baik yang ditunjukkan sebagai pembeli rempah-rempah.
Setelah terjalin hubungan dagang dan aliansi, bangsa Portugis mulai menunjukkan niat aslinya untuk memonopoli perdagangan di Maluku dan kerap memicu konflik agama.
Pada perkembangannya, bangsa Portugis mencampuri urusan internal Kerajaan Ternate dan membunuh Sultan Khairun (1535-1570) yang berusaha melawan.
Hal-hal itulah yang menyebabkan rakyat Ternate melakukan perlawanan terhadap Portugis.
Selain Sultan Khairun, tokoh perlawanan Ternate terhadap Portugis adalah Sultan Dayalu (1529-1533) dan Sultan Baabullah (1570-1583).
Di masa pemerintahan Sultan Baabullah, Kerajaan Ternate berhasil mengalakan dan mengusir bangsa Portugis.
Baca juga: Sultan Khairun, Pelopor Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis
Apa dampak dari keberhasilan Kesultanan Ternate mengusir Portugis dalam proses kolonialisme bangsa Eropa di Indonesia?
Tanggal 28 Desember 1577 menandai akhir dari perlawanan rakyat Ternate terhadap Portugis.
Saat itu, benteng-benteng Portugis telah direbut oleh rakyat Ternate dan sebagian besar kekuatannya telah lumpuh.
Bangsa Portugis kemudian angkat kaki dan menuju pulau lain hingga sampai di Maluku Tengah.
Portugis masih berusaha memusatkan kekuatan dan kekuasaannya di Ambon.
Namun, di Kepulauan Maluku mereka terus mendapatkan perlawanan yang tidak kalah sengit dari rakyat Ternate.
Pada akhirnya, Portugis resmi meninggalkan seluruh daerah Maluku dan terpaksa menyingkir ke Pulau Timor.
Baca juga: Mengapa Maluku Dijuluki The Spicy Island?
Hasil dari perlawanan terhadap Portugis oleh rakyat Ternate membuka jalan bagi bangsa lain untuk menanamkan kekuasaannya.
Kepulauan Maluku yang dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah menjadi incaran beberapa bangsa Eropa.
Pada 15 November 1582, Portugal dan Spanyol disatukan di bawah Raja Felipe II, yang memerintahkan Gubernur Jenderal Spanyol di Filipina untuk memberi bantuan kepada orang-orang Portugis yang masih tersisa di Kepulauan Maluku.
Bantuan orang-orang Spanyol untuk merebut kembali Ternate pun tidak berhasil.
Harapan Portugis-Spanyol semakin pupus ketika Belanda muncul.
Bangsa Belanda mulai muncul di perairan Maluku pada 1605, ketika Steven van der Hagen merebut benteng Portugis di Amboina.
Dalam perkembangannya, Belanda memenangkan persaingan melawan bangsa Barat lainnya dan VOC memegang hak atas monopoli perdagangan di Maluku.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.