Dengan demikian, peran Soelaiman dalam organisasi Budi Utomo adalah sebagai pendri sekaligus wakil ketua pada awal berdirinya organisasi.
Baca juga: Gondo Soewarno, Pendiri dan Sekretaris Sementara Budi Utomo
Pada 1911, Pulau Jawa dilanda wabah pes. Saat itu, pemerintah Hindia Belanda meminta STOVIA mengirimkan sembilan siswa terbaiknya untuk menangani.
Moehammad Soelaiman menjadi satu yang terpilih dan langsung dilantik menjadi dokter pribumi tanpa ujian.
Pada 22 Agustus 1911, dr. Moehammad Soelaiman ditugaskan untuk pertama kali sebagai dokter di Madiun, Jawa Timur.
Sejak itu, ia kerap dipindahtugaskan ke beberapa kota di Indonesia. Setelah Madiun, dr. Soelaiman ditugaskan ke Ponorogo (1915-1916), Bali dan Lombok (1917-1919), Nganjuk (1919-1923), dan Jember (1923-1927).
Pada 1927, Moehammad Soelaiman berangkat ke Leiden, Belanda, untuk meraih gelar doktor.
Meski termasuk salah satu dokter yang mendapat beasiswa dari Pemerintah Belanda, Soelaiman memilih untuk memakai biaya pribadi.
Baca juga: Goenawan Mangoenkoesoemo, Perintis dan Penggerak Budi Utomo
Selama menempuh pendidikan di Belanda, Soelaiman juga aktif dalam organisasi Roekoen Peladjar Indonesia (ROEPI).
Soelaiman berhasil menyelesaikan pendidikan doktor di Leiden pada 31 Mei 1929 dengan disertasi tentang penyakit kolera.
Sekembalinya ke Indonesia, dr. Moehammad Soelaiman ditugaskan di Jepara.
Pada 17 Maret 1934, ia dipindahkan ke rumah sakit di Semarang (sekarang Rumah Sakit dr. Kariadi) untuk menjadi dokter bedah mayat.
Soelaiman sempat ditugaskan sebagai dokter di penjara wanita, sebelum akhirnya menjadi dokter Pemerintah Belanda di Semarang.
Baca juga: Kongres Pertama Budi Utomo: Lokasi, Agenda, dan Hasilnya
Semasa menjadi dokter di Semarang, Soelaiman tetap menghidupkan semangat dan tujuan mulia gerakan Budi Utomo.
Salah satu usahanya adalah dengan memiliki banyak anak asuh yang kesulitan biaya, untuk disekolahkan.
Selain bergerak di bidang kedokteran dan pendidikan anak-anak kurang mampu, rasa kebangsaan Soelaiman ditunjukkan dengan menaruh perhatian di bidang budaya Jawa, yakni mengembangkan kesenian karawitan Jawa di Semarang dan mengembangkan siaran Radio Pribumi, yang menyiarkan kesenian Jawa yang disukai oleh rakyat.
Moehammad Soelaiman meninggal di Semarang pada 13 Maret 1941 karena sakit.
Ia dimakamkan di kampung halamannya di Kayu Lawang Purworejo, berdampingan dengan makam sang ibu.
Semasa hidup, Soelaiman menikah dengan RA Oemi Salamah. Pernikahannya dikaruniai enam anak yang diberi nama Sulendro, Sulianti, Suliana, Sulianto, Suliantoro, dan Suliantono.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.