Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Moehammad Soelaiman, Pendiri dan Wakil Ketua Budi Utomo

Pada awal berdirinya organisasi hingga Kongres Pertama Budi Utomo yang diselenggarakan pada Oktober 1908, Soelaiman juga menjadi wakil ketua Budi Utomo.

Setelah kongres, jabatan wakil ketua diampu oleh Wahidin Sudirohusodo.

Berikut biografi singkat Moehammad Soelaiman.

Moehammad Soelaiman lahir tahun 1886

Melansir laman Kemdikbud, Moehammad Soelaiman lahir di Grabag, Purworejo, Jawa Tengah, pada 1886.

Ia merupakan putra Santo Wirok, seorang pemuka agama yang berdakwah ke desa-desa hingga wilayah Banyumas.

Soelaiman terbiasa hidup sederhana bersama ibu dan dua adiknya, karena ayahnya meninggal sejak usianya masih kecil.

Soelaiman mengikuti pendidikan gratis Eurepesche Lagere School (ELS) di Purworejo hingga usianya 16 tahun.

Setelah lulus, ia melanjutkan ke sekolah dokter STOVIA di Jakarta. Soelaiman meninggalkan Purworejo dan memulai pendidikannya di STOVIA pada 1 Maret 1903.

Apa peran Soelaiman dalam organisasi Budi Utomo?

Menjadi siswa STOVIA membuat pengetahuan dan wawasan Moehammad Soelaiman bertambah luas.

Ia bahkan dijuluki sebagai kamus berjalan, atau dalam bahasa Belanda disebut en lopende woordenboek.Pada perkembangannya, Soelaiman mulai sering terlibat dalam diskusi tentang kebangsaan dan pergerakan.

Bersama sejumlah pelajar STOVIA, Soelaiman mendirikan organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908.

Pada awal pembentukan organisasi, Soelaiman menjadi wakil ketua Budi Utomo. Sedangkan ketuanya adalah Soetomo.

Susunan kepengurusan organisasi dirombak dalam Kongres Pertama Budi Utomo pada Oktober 1908.

Setelah kongres, jabatan wakil ketua Budi Utomo diampu oleh Wahidin Sudirohusodo.

Dengan demikian, peran Soelaiman dalam organisasi Budi Utomo adalah sebagai pendri sekaligus wakil ketua pada awal berdirinya organisasi.

Awal karier Soelaiman sebagai dokter

Pada 1911, Pulau Jawa dilanda wabah pes. Saat itu, pemerintah Hindia Belanda meminta STOVIA mengirimkan sembilan siswa terbaiknya untuk menangani.

Moehammad Soelaiman menjadi satu yang terpilih dan langsung dilantik menjadi dokter pribumi tanpa ujian.

Pada 22 Agustus 1911, dr. Moehammad Soelaiman ditugaskan untuk pertama kali sebagai dokter di Madiun, Jawa Timur.

Sejak itu, ia kerap dipindahtugaskan ke beberapa kota di Indonesia. Setelah Madiun, dr. Soelaiman ditugaskan ke Ponorogo (1915-1916), Bali dan Lombok (1917-1919), Nganjuk (1919-1923), dan Jember (1923-1927).

Melanjutkan studi ke Belanda

Pada 1927, Moehammad Soelaiman berangkat ke Leiden, Belanda, untuk meraih gelar doktor.

Meski termasuk salah satu dokter yang mendapat beasiswa dari Pemerintah Belanda, Soelaiman memilih untuk memakai biaya pribadi.

Selama menempuh pendidikan di Belanda, Soelaiman juga aktif dalam organisasi Roekoen Peladjar Indonesia (ROEPI).

Soelaiman berhasil menyelesaikan pendidikan doktor di Leiden pada 31 Mei 1929 dengan disertasi tentang penyakit kolera.

Terus menjalankan tujuan mulia Budi Utomo

Sekembalinya ke Indonesia, dr. Moehammad Soelaiman ditugaskan di Jepara.

Pada 17 Maret 1934, ia dipindahkan ke rumah sakit di Semarang (sekarang Rumah Sakit dr. Kariadi) untuk menjadi dokter bedah mayat.

Soelaiman sempat ditugaskan sebagai dokter di penjara wanita, sebelum akhirnya menjadi dokter Pemerintah Belanda di Semarang.

Semasa menjadi dokter di Semarang, Soelaiman tetap menghidupkan semangat dan tujuan mulia gerakan Budi Utomo.

Salah satu usahanya adalah dengan memiliki banyak anak asuh yang kesulitan biaya, untuk disekolahkan.

Selain bergerak di bidang kedokteran dan pendidikan anak-anak kurang mampu, rasa kebangsaan Soelaiman ditunjukkan dengan menaruh perhatian di bidang budaya Jawa, yakni mengembangkan kesenian karawitan Jawa di Semarang dan mengembangkan siaran Radio Pribumi, yang menyiarkan kesenian Jawa yang disukai oleh rakyat.

Wafat sebelum Indonesia merdeka

Moehammad Soelaiman meninggal di Semarang pada 13 Maret 1941 karena sakit.

Ia dimakamkan di kampung halamannya di Kayu Lawang Purworejo, berdampingan dengan makam sang ibu.

Semasa hidup, Soelaiman menikah dengan RA Oemi Salamah. Pernikahannya dikaruniai enam anak yang diberi nama Sulendro, Sulianti, Suliana, Sulianto, Suliantoro, dan Suliantono.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/04/04/100000979/moehammad-soelaiman-pendiri-dan-wakil-ketua-budi-utomo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke