Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Degung, Gamelan Khas Sunda

Kompas.com - 31/01/2023, 20:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Pada awalnya, instrumen atau waditra gamelan Degung terdiri dari bonang dengan sembilan penclon, jenglong enam penclon, dan satu gong besar.

Ketika RAA Wiranatakusumah V menjadi Bupati Bandung, instrumen Degung bertambah di mana jumlah penclon bonang menjadi 13, terdapat 11 wilah saron penerus, jenglong, dan gong.

Penabuh atau wiyaga gamelan Degung yang tersohor di era ini di antaranya Abah Dira, Abah Muhadi, Abah Emad, Abah Asmadi, Abah Darma, dan masih banyak lainnya.

Baca juga: Kesenian Ubrug, Teater Asal Banten

Pada masa-masa selanjutnya, regenerasi dan pelestarian Degung berjalan baik.

Gamelan Degung, yang awalnya dimiliki oleh para bupati dan digunakan sebagai hiburan serta media penyambutan tamu di keraton atau pendopo kabupaten, juga mengalami pergeseran.

Degung menyebar di masyarakat setelah seorang saudagar dari Bandung keturunan Palembang meminta izin kepada bupati untuk mementaskan gamelan Degung di acara hajatan umum karena keindahan lagunya.

Sejak itu, Degung menyebar ke seluruh Jawa Barat dan menjadi kesenian milik seluruh masyarakat Sunda, bukan hanya milik keraton.

Pada perkembangannya, instrumen Degung juga bertambah, salah satunya adanya penambahan alat musik suling.

 

Referensi:

  • Hadliansah, Dadang Hermawan dan Juwita. (2019). Degung Kawih Wanda Anyar: Alternatif Model dan Materi Pembelajaran Seni Tradisional Sunda. Tasikmalaya: Edu Piblisher.
  • Sugiharto, R Toto, dkk. (2016). Ensiklopedia Seni dan Budaya: Alat Musik Tradisional. Bandung: Media Makalangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com