Pemimpin Kota Diriyah, yaitu Abdullah bin Saud juga tertangkap dan dibawa ke Konstantinopel (Turki) untuk dieksekusi.
Kekacauan ini kemudian membuat keluarga besar Saud mencari tercerai-berai.
Ada yang melarikan diri, ada pula yang dikirim ke penjara Mesir.
Baca juga: Sejarah Gerakan Wahabi di Arab Saudi
Dinasti Saud yang sebelumnya karut-marut kembali pulih setelah Abdulaziz Al-Saud, yang merupakan cucu dari Muhammad bin Saud berhasil mengusir pasukan Mesir dari Saudi.
Perlahan-lahan Dinasti Saud mulai mendapatkan kembali sebagian kotanya yang direbut oleh Kekaisaran Ottoman, termasuk Turki.
Tidak berhenti di situ, Abdulaziz Al-Saud masih bertekad untuk mengambil kembali warisan keluarganya dari Al-Rashid yang mengambil alih Riyadh (sekarang ibu kota Arab Saudi).
Dalam usia yang terbilang muda, yaitu 22 tahun, pada 15 Januari 1902, Abdulaziz Al-Saud dengan ditemani 40 pengawalnya bergerak menuju Riyadh.
Abdulaziz Al-Saud pun berhasil merebut Benteng Masmak dan mengumpulkan para pendukung lamanya.
Pada akhirnya, Riyadh jatuh ke tangan Abdulaziz Al-Saud dan dia mulai mendirikan markas besar di sana.
Abdulaziz juga merebut semua Hijaz, termasuk Mekkah dan Madinah pada 1924 hingga 1925.
Dalam prosesnya, Abdulaziz Al-Saud menyatukan seluruh suku menjadi satu-kesatuan bangsa.
Akhirnya, pada 23 September 1932, berdirilah Kerajaan Arab Saudi, sebuah negara Islam dengan bahasa Arab sebagai bahasa nasional di sana.
Referensi: