Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hikmah dari Konflik Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji

Kompas.com - 19/10/2022, 13:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Kesultanan Banten berhasil mencapai puncak kejayaan di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683).

Bersamaan dengan itu, sedang terjadi konflik internal kerajaan dalam Kesultanan Banten.

Konflik internal kerajaan terjadi antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan sang putra, Sultan Haji.

Penyebab konflik itu adalah upaya Sultan Haji yang ingin merebut kekuasaan sang ayah dengan cara bersekongkol bersama VOC.

Pada akhirnya, Sultan Haji berhasil mendapat keinginannya, yaitu naik takhta Kesultanan Banten menggantikan kedudukan sang ayah.

Lantas, pelajaran apa yang dapat dipetik dari konflik antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji?

Baca juga: Konflik antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji

Keserakahan

Hikmah dari konflik Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji yang dapat diambil adalah bahwa kehancuran sebuah kerajaan di Indonesia dapat juga disebabkan karena keserakahan dan ambisi keluarga kerajaan itu sendiri.

Keserakahan ini dapat dilihat dari bagaimana Sultan Haji ingin merebut kekuasaan ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa sebagai pemimpin Kesultanan Banten.

Demi menggapai keinginannya tersebut, Sultan Haji memilih untuk bersekutu dengan VOC atau Kongsi Dagang Hindia Belanda.

Padahal, Sultan Ageng Tirtayasa sangat menentang keras kependudukan VOC di Nusantara.

Pada 1652, Sultan Ageng Tirtayasa mengirim pasukannya untuk menyerang VOC di Jakarta, yang berujung pertempuran antara Kesultanan Banten dengan Belanda.

Guna melindungi kerajaan, Sultan Ageng Tirtayasa yang awalnya masih berpihak pada Kesultanan Banten melakukan sabotase dan merusak kebun tebu serta pabrik-pabrik penggilingan VOC pada 1656.

Tidak hanya itu, pasukan Kesultanan Banten juga membakar kampung-kampung yang dijadikan sebagai tempat pertahanan Belanda.

Berkat jerih payahnya, sejumlah kapal VOC dan beberapa pos penting pun berhasil dikuasai oleh Sultan Ageng Tirtayasa.

Sayangnya, upaya Sultan Ageng Tirtayasa untuk mengalahkan VOC kurang disetujui oleh sang putra, Sultan Haji.

Belanda yang mengetahui hal ini pun mencoba menghasut Sultan Haji demi membantu mereka menghancurkan Kesultanan Banten.

Pada saat itu, Sultan Ageng Tirtayasa sedang pergi ke luar negeri mengurus kepentingan kerajaan, sehingga Sultan Haji dipercaya untuk mengurus Kesultanan Banten.

Karena termakan hasutan Belanda, Sultan Haji menuding bahwa pembagian tugas yang diberikan sang ayah hanyalah sebuah upaya untuk menyingkirkannya dari takhta kesultanan.

Akibatnya, Sultan Haji memutuskan bekerja sama dengan VOC dan menjadi musuh ayahnya sendiri.

Baca juga: Alasan Sultan Ageng Tirtayasa Melakukan Perlawanan terhadap VOC

Melakukan taktik adu domba

Dalam peristiwa ini, sebetulnya Belanda hanya memiliki kekuatan yang terbilang sedikit.

Oleh sebab itu, Belanda memanfaatkan kesempatan dengan menggunakan strategi perundingan atau hasutan kepada para penguasa Nusantara yang mudah dipengaruhi, termasuk Sultan Haji.

Taktik Belanda ini disebut sebagai devide et impera atau taktik adu domba yang tujuannya untuk memecah belah keluarga kerajaan.

Setelah Sultan Haji melakukan perjanjian bersama VOC, pertempuran sengit antara ayah dan putra ini dimulai.

Meskipun Sultan Ageng Tirtayasa harus melawan putranya sendiri, dia tidak melemah dan tetap melakukan perlawanan besar.

Namun, pada akhirnya, Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap oleh VOC dan dipenjara di Batavia sampai meninggal dunia pada 1692.

Dengan ditangkapnya Sultan Ageng Tirtayasa, maka Sultan Haji naik takhta sebagai pemimpin Kesultanan Banten.

Sultan Haji berkuasa sejak 1683 hingga 1687.

 

Referensi:

  • Amarseto, Binuko. (2017). Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia. Yogyakarta: Relasi Inti Media.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com