Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ciri-ciri Kehidupan pada Masa Food Producing

Kompas.com - 27/09/2022, 22:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kompas.com

Karena hunian mereka telah menetap, masyarakat masa food producing hidup secara berkelompok dan membentuk perkampungan kecil.

Mereka juga menunjuk pemimpin atau ketua suku dan memiliki aturan hidup sederhana yang harus dijalani anggotanya.

Baca juga: Zaman Neolitikum: Ciri-ciri, Manusia Pendukung, dan Hasil Kebudayaan

Membuat rumah panggung

Masyarakat pada masa food producing tidak lagi memanfaatkan gua-gua sebagai tempat tinggal, tetapi sudah bisa membuat rumah sendiri.

Mereka menetap di perkampungan kecil yang terdiri dari beberapa keluarga dan hidup secara gotong royong dengan sistem pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki.

Biasanya, para laki-laki bertugas membangun rumah, sementara perempuan membersihkan dan menghiasnya.

Mengenal sistem barter

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia prasejarah pada masa food producing diperkirakan sudah mengenal barter.

Barter merupakan bentuk awal perdagangan yang memfasilitasi pertukaran barang dan jasa ketika manusia belum mengenal ulang.

Barang yang dipertukarkan umumnya dari hasil bercocok tanam mereka.

Baca juga: Masa Bercocok Tanam: Ciri-ciri, Kehidupan, dan Peninggalan

Alat-alat batu sudah diasah dan dihias

Manusia praaksara pada masa food producing menggunakan peralatan dari batu dan tulang yang telah diupam (diasah).

Alat-alat yang umumnya diumpam adalah beliung, kapak lonjong, mata panah, dan mata tombak.

Membuat pakaian dan gerabah

Dari penemuan berupa alat pemukul kayu, manusia pada masa food producing diduga sudah mengenal pakaian yang terbuat dari kulit kayu dan kulit binatang.

Selain itu, penyelidikan arkeologi membuktikan bahwa tradisi membuat benda-benda gerabah mulai dikenal pada masa ini.

Baca juga: Masa Bercocok Tanam di Indonesia

Adanya sistem kepercayaan animisme dan dinamisme

Masyarakat pada masa food producing mengenal kepercayaan akan hal gaib dan orang yang meninggal akan memasuki alam lain.

Oleh karenanya, orang yang meninggal biasanya dibekali benda-benda keperluan sehari-hari.

Secara umum, sistem kepercayaan pada masa bercocok tanam dapat dibagi ke dalam dua aliran, yaitu animisme (kepercayaan terhadap roh leluhur) dan dinamisme (kepercayaan terhadap benda gaib).

 

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia I: Zaman Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com