Pada akhirnya, setiap pemberontakan DI/TII dapat diselesaikan.
Baca juga: Kartosoewirjo, Pendiri Negara Islam Indonesia 1949
Upaya mengganti Pancasila dengan ideologi lain yang selanjutnya adalah pembentukan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA).
APRA adalah kelompok milisi pro-Belanda yang muncul pada era Revolusi Nasional.
APRA dibentuk oleh mantan kapten KNIL atau Tentara Hindia Belanda, Raymond Westerling.
Tujuan Westerling membentuk APRA adalah karena menolak Republik Indonesia Serikat (RIS) yang terlalu Jawa-sentris di bawah Soekarno dan Hatta.
Asal-usul nama Ratu Adil sendiri disebut-sebut sudah lebih dulu digunakan sebelum APRA, karena memiliki makna penting bagi masyarakat yang sedang dijajah.
Ratu Adil merupakan ideologi di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan berfokus pada datangnya juru selamat yang dapat membawa kesejahteraan pada suatu masa.
Karena Ratu Adil sangat diyakini oleh masyarakat setempat, Westerling pun memanfaatkan nama itu guna menarik dukungan untuk melancarkan serangannya.
Sejak saat itu, Westerling bersama pasukannya terus berupaya melakukan kudeta di beberapa wilayah, salah satunya Bandung.
Akan tetapi, upaya kudeta yang dilakukan Kapten Westerling mengalami kegagalan.
Westerling kemudian melarikan diri ke Belanda dan APRA berdiri sendiri tanpa adanya sosok pemimpin yang kuat.
Maka dari itu, APRA resmi tidak kembali berfungsi pada Februari 1950.
Baca juga: Pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil)
Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan salah satu partai politik yang berkembang pesat pada tahun 1920-an hingga 1966.
PKI berupaya menanamkan ideologi komunis di Indonesia melalui sejumlah organisasi, seperti Sarekat Islam (SI), yang saat itu jumlah anggotanya sudah banyak.
Sarekat Islam kemudian pecah menjadi dua kubu, yaitu SI Merah (komunis) dan SI Putih (Islam).