Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Versi Lukisan Penangkapan Diponegoro

Kompas.com - 03/09/2022, 09:00 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

AMSTERDAM, KOMPAS.com - Lukisan Penangkapan Diponegoro meraih ketenaran berkat film Mencuri Raden Saleh (2022).

Lukisan yang dibuat Raden Saleh pada 1857 itu menggambarkan peristiwa 28 Maret 1830, ketika Belanda menangkap Pangeran Diponegoro.

Namun peristiwa ini tak cuma diabadikan oleh Raden Saleh. Pelukis Belanda Nicolaas Pieneman ternyata lebih dulu melukis penangkapan Diponegoro pada 1835.

Pangeran Diponegoro menyerahkan diri?

Lukisan Pieneman berjudul De onderwerping van Diepo Negoro aan luitenant-generaal Hendrik Merkus Baron de Kock, 28 maart 1830, waarmee de Java-oorlog (1825-30) werd beëindigd atau dalam bahasa Indonesia berarti Penyerahan Diepo Negoro ke Letnan Jenderal Hendrik Merkus Baron de Kock, 28 Maret 1830, mengakhiri Perang Jawa (1825-1830).

Sekilas lukisan ini terlihat sama dengan lukisan milik Raden Saleh. Di dalamnya ada Pangeran Diponegoro mengenakan baju putih panjang dengan turban hijau. Dikelilingi rakyat pribumi, Diponegoro berdiri di hadapan Letnan Jenderal de Kock.

Baca juga: Makna Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh

Namun jika disimak lebih dekat, terlihat pada lukisan Pieneman Diponegoro berdiri di bawah de Kock dengan kepala menghadap ke depan, tangan kiri terbuka, seolah pasrah.

Dalam lukisan Raden Saleh, Diponegoro mengadah ke atas, ditangisi pengikutnya, dan di sampingnya berdiri de Kock yang tampak arogan.

Berbeda dengan karya Pieneman, Tak ada bendera merah putih biru Belanda pada lukisan Raden Saleh.

Lukisan Penangkapan Diponegoro karya Raden SalehWikipedia Lukisan Penangkapan Diponegoro karya Raden Saleh
Berbeda sudut pandang

Kendati menggambarkan peristiwa yang sama, kedua lukisan itu berbeda karena berangkat dari sudut pandang yang berbeda pula.

Bagi Belanda, tertangkapnya Diponegoro tentu merupakan sebuah kemenangan. Pieneman yang melukis di bawah de Kock, punya kepentingan menunjukkan kemenangan ini.

Sementara bagi rakyat pribumi, peristiwa ini tentu tragis. Raden Saleh sebagai rakyat pribumi pendukung Diponegoro, ingin menunjukkan kesedihan peristiwa itu tanpa mengagungkan Belanda.

Raden Saleh secara pribadi menyerahkan lukisan Penangkapan Diponegoro kepada Raja Willem III sebagai tanda terima kasih karena pemerintah Belanda telah membiayai pendidikannya di Eropa selama hampir 20 tahun.

Baca juga: Raden Saleh, Pionir Seni Modern Indonesia

Sejak 1857, lukisan itu berada di bawah kekuasaan Belanda, dipajang di Istana Het Loo, Den Haag. Baru pada tahun 1978, lukisan itu dikembalikan ke Indonesia, kini dipajang di Istana Kepresidenan Yogyakarta.

Menyadari kekeliruan pendahulunya, pemerintah Belanda tak lagi menarasikan Pangeran Diponegoro menyerah.

Kompas.com mengunjungi lukisan karya Pieneman yang mendiami Rijksmuseum, Amsterdam, Belanda, pada Kamis (1/9/2022).

Di Rijksmuseum, lukisan ini tampil dengan judul "Penangkapan Diponegoro". Di bawahnya, ada penjelasan yang berbunyi:

"Pangeran Diponegoro adalah pemimpin utama dalam Perang Jawa (1825-1830). Walaupun ia dijanjikan pertemuan yang aman, nyatanya ia ditangkap saat perundingan damai. Pieneman yang melukis ini dalam rangka penugasan dari de Kock, bertanggung jawab atas pengkhianatan ini. Oleh karena itu, lukisan ini tidak menunjukkan penjebakan, melainkan Pangeran Diponegoro seolah menyerahkan diri. Pihak Belanda yang pongah berdiri tegap di beranda. Bendera triwarna Belanda berkibar sempurna."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com