Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Moh Hatta, Wakil Presiden Pertama Indonesia

Kompas.com - 23/08/2022, 12:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mohammad Hatta adalah tokoh yang berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan dan merupakan wakil presiden pertama Indonesia.

Moh Hatta adalah salah satu pemikir terhebat yang pernah dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Hatta dikenal sebagai Bapak Proklamator bersama dengan Soekarno. Selain itu, ia juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

Dalam perjuangan demi kemerdekaan Indonesia, Moh Hatta harus rela berususan dengan hukum Belanda hingga ia sempat dipenjara.

Baca juga: Tokoh yang Mengusulkan Teks Proklamasi Ditandatangani Soekarno-Hatta

Meski demikian, tantangan tersebut tidak menyurutkan tekad Moh Hatta untuk berjuang memerdekakan Indonesia.

Biografi singkat Moh Hatta

Moh Hatta lahir di Bukittinggi pada 12 Agustus 1902, dengan nama lengkap Muhammad Athar.

Adapun ayah dari Mohammad Hatta adalah Muhammad Djamil, seorang keturunan ulama Naqsyabandiyah di Payakumbuh, Sumatera Barat.

Sementara itu, ibunya adalah Siti Saleha yang merupakan keturunan pedagang di Bukittinggi, Sumatera Barat.

Sejak kecil, Moh Hatta telah dididik dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang taat melaksanakan agama Islam.

Sebab, kakeknya, Abdurrahman Batuhampar, merupakan seorang ulama besar.

Pendidikan Hatta

Ketika Hatta berusia 11 tahun, ia menempuh pendidikan dasar di Sekolah Melayu pada 1913. Ia menamatkan sekolah dasar pada 1916.

Setelah itu, Hatta melanjutkan pendidikannya ke Europeescha Lagere School (ELS) di Padang.

Pada 1915, ketika berusia 13 tahun, Hatta sebenarnya lulus ujian untuk masuk ke Hoogere Burgerschool (HBS) yang setara SMA di Jakarta.

Namun, ibunya menginginkan Hatta tetap berada di Padang karena usianya yang masih sangat muda.

Akhirnya, Hatta melanjutkan pendidikan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Padang hingga lulus pada 1919.

Setelah itu, Hatta melanjutkan pendidikan ke HBS hingga lulus dengan hasil sangat baik pada 1921.

Hatta kemudian melanjutkan pendidikannya ke Rotterdam, Belanda, untuk mempelajari ilmu ekonomi di Nederland Handelschogeschool yang saat ini menjadi Erasmus Universiteit.

Aktif di organisasi

Sejak bersekolah di Padang, Moh Hatta sudah aktif berorganisasi. Ia tercatat pernah menjabat sebagai bendahara organisasi Jong Sumatranen Bond cabang Padang.

Ketika pindah ke Jakarta, Hatta aktif di Jong Sumatranen Bond pusat dengan menjabat bendahara.

Sementara itu, ketika berada di Belanda, Moh Hatta tergabung dalam Perhimpunan Hindia atau Indische Vereeniging pada 1922. Saat itu, Hatta menjabat sebagai bendahara.

Pada awalnya, Indische Vereeniging yang berdiri pada 1908, merupakan ajang pertemuan pelajar asal Indonesia di Belanda.

Namun, seiring perkembangan kesadaran dan rasa nasionalisme para mahasiswa asal Indonesia, organisasi tersebut berubah menjadi gerakan politik.

Hal itu disebabkan kedatangan tiga tokoh Indische Partij, yakni Suwardi Suryaningrat atau Ki Hadjar Dewantara, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo pada 1913.

Sejak saat itu, pemikiran Moh Hatta semakin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah politik.

Adapun tokoh politik yang menjadi idola Moh Hatta adalah Abdul Moeis.

Pada 1927, Moh Hatta bergabung ke dalam organisasi atau Liga Menentang Kolonialisme di Belanda.

Di sana, Hatta bertemu dan bersahabat dengan seorang nasionalis asal India, yakni Jawaharlal Nehru.

Aktivitas Hatta di dalam organisasi tersebut menyebabkan ia ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah Belanda.

Moh Hatta dijebloskan ke penjara di Den Haag, Belanda, pada 23 September 1927 dan baru dibebaskan pada 22 Maret 1928.

Ia berhasil bebas setelah menyampaikan pidato pembelaannya yang dikenal dengan judul Indonesia Free.

Kembali ke Indonesia

Moh Hatta kembali ke Indonesia pada 1932. Begitu sampai di Tanah Air, Hatta kemudian bergabung dengan organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia.

Organisasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia melalui berbagai pelatihan.

Namun, Hatta ditangkap Belanda akibat aktivitasnya di organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia.

Moh Hatta ditangkap bersama Sutan Sjahrir pada Februari 1934. Ia kemudian diasingkan ke Boven Digoel, Irian Barat, dan dipindahkan ke Banda Naira di Maluku selama enam tahun.

Selain itu, Moh Hatta juga pernah dipenjara di Sukabumi pada 1942 dan bebas pada 9 Maret 1942.

Baca juga: Biografi Soekarno: Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia

Setelah Belanda menyerah dan Jepang menguasai Indonesia, Moh Hatta bersama Soekarno, Ki Hadjar Dewantara, dan KH Moh Mansyur menjadi pemimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera).

Menjelang kemerdekaan Indonesia, Moh Hatta dipilih menjadi Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 7 Agustus 1945.

Segala pemikiran dan gagasan Hatta dicurahkan untuk mengupayakan kemerdekaan Indonesia.

Hingga akhirnya pada 17 Agustus 1945, Moh Hatta mendampingi Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Menjadi Wakil Presiden Indonesia

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Moh Hatta terpilih menjadi wakil presiden pertama RI dengan mendampingi Soekarno yang menjadi presiden.

Moh Hatta terpilih menjadi wakil presiden melalui sidang PPKI yang digelar di Jakarta pada 18 Agustus 1945.

Selain menjadi wakil presiden, Moh Hatta juga sempat merangkap sebagai perdana menteri dan menteri pertahanan sejak Januari 1948 hingga Desember 1949.

Hatta juga pernah merangkap sebagai menteri luar negeri dalam Kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS) sejak Desember 1949 hingga Agustus 1950.

Pada akhirnya, Moh Hatta mundur dari kursi wakil presiden pada 1 Desember 1956 setelah 11 tahun menjabat.

Akhir hayat

Moh Hatta mundur dari jabatan sebagai wakil presiden Indonesia karena perbedaan pandangan politik dengan Soekarno.

Setelah itu, Hatta lebih sering berada di balik layar dalam kehidupan politik Indonesia.

Ia menerbitkan buku Demokrasi Kita untuk mengkritik kebijakan politik Soekarno karena dianggap telah melenceng dari dasar-dasar demokrasi.

Moh Hatta berada di balik layak dunia politik Indonesia hingga akhir hayatnya.

Ia meninggal dunia pada 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Pada 23 Oktober 1986, Moh Hatta diberi gelar Pahlawan Proklamator bersama dengan Soekarno melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 81/TK/1986.

Baca juga: Alasan Belanda Tidak Mengakui Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 

Referensi:

  • Rohmat. (2019). Biografi Singkat Mohammad Hatta. Bandung: Penerbit Duta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com