KOMPAS.com - Kesultanan Aceh merupakan salah satu kerajaan Islam yang pernah berdiri di ujung barat Pulau Sumatera.
Kerajaan ini mengalami masa kejayaan di era kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607-1636).
Namun, kerajaan ini mengalami keruntuhan yang disebabkan oleh konflik internal dan krisis kepemimpinan.
Selain itu, invasi Belanda ke Aceh menjadi salah satu penyebab kemunduran Kesultanan Aceh hingga akhirnya runtuh pada awal 1900-an.
Baca juga: Biografi Singkat Teungku Peukan, Tokoh Perlawanan Aceh
Salah satu faktor yang membuat Kesultanan Aceh mengalami kemunduran adalah krisis kepemimpinan.
Setelah meninggalnya Sultan Iskandar Muda pada 1636, Kesultanan Aceh mengalami konflik internal.
Konflik tersebut terjadi hingga Sultan Mahmudsyah naik takhta pada 1870. Ia memerintah hanya sebentar, yakni hingga 1874.
Pada saat itu, invasi Belanda ke wilayah Kesultanan Aceh memperparah permasalahan di dalamnya.
Selain itu, permasalahan di Kesultanan Aceh diperparah dengan adanya perang saudara, salah satunya terjadi pada era kepemimpianan Sultan Alauddin Jauhar Alamsyah (1795-1824).
Permasalah lain yang menyebabkan Kesultanan Aceh melemah adalah lahirnya Traktaat Sumatera pada 1871.
Dalam Traktaat Sumatera disebutkan bahwa Inggris wajib melepaskan diri dari segala urusan politik dan kebijakan Belanda di Sumatera.
Traktaat Sumatera ini merupakan revisi dari Traktaat London yang dibuat pada 1824.
Dalam Traktaat London, Inggris memiliki hak melindungi Aceh dari serangan bangsa mana pun.
Traktaat London ini merupakan bentuk kerja sama antara Kesultanan Aceh dengan Inggris.
Namun, setelah direvisi dan muncul Traktaat Sumatera, Kesultanan Aceh terancam akan diinvasi Belanda.